Lihat ke Halaman Asli

Rudi Sinaba

Advokat - Jurnalis

Jam Tangan Tua di Dalam Laci

Diperbarui: 18 November 2024   03:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Freepik

Jam Tangan Tua di Dalam Laci

Jam tangan tua di dalam laci,
Tersimpan rapi, sepi sendiri.
Punya kisah yang tak terucap,
Bergulir waktu tanpa berhenti.

Benturan jarum di setiap detik,
Terlupakan dalam hening malam.
Suaranya pelan, namun sarat makna,
Menyimpan kenangan yang selalu abadi.

Di balik kaca, retakan halus,
Seperti ingatan yang rapuh dan pudar.
Tangan yang dulu memakainya,
Kini tak lagi terjamah waktu.

Cincin debu menempel di sisi,
Melawan kekuasaan masa yang mengikis.
Setiap putaran menari dengan sunyi,
Seakan berbisik tentang perjalanan hidup.

Sekelilingnya berdebu dan terkubur,
Namun, siapa tahu apa yang disimpan?
Ia telah menyaksikan dunia berubah,
Meski terpendam dalam kekosongan laci.

Setiap detik yang pernah berjalan,
Menjadi kenangan yang jauh,
Namun, jam tangan itu tetap ada,
Dengan keberanian yang tak tampak jelas.

Pernah ia menjadi penunjuk waktu,
Bersama langkah kaki yang cepat.
Kini, ia diam, tak tergerak,
Menunggu pemiliknya yang tak kembali.

Tentu ada kisah dalam jarumnya,
Cinta, tawa, atau perpisahan yang pahit.
Terkubur dalam sisa usia,
Namun, tak akan pernah benar-benar mati.

Bukan sekadar logam dan kaca,
Namun simbol perjalanan hidup.
Jam tangan tua itu menjadi saksi,
Perjalanan hati yang telah lama terlupakan.

Di dalam laci yang penuh kenangan,
Jam itu tetap berdetak meski tanpa suara.
Seperti detak hati yang tak pernah padam,
Menyimpan waktu yang tak bisa diulang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline