Lihat ke Halaman Asli

Rudi Sinaba

Advokat - Jurnalis

Menangislah Sebelum Dilarang

Diperbarui: 13 November 2024   21:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Infopic

Menangislah Sebelum Dilarang

Menangislah sebelum dilarang,
Sebelum air mata dikunci,
Saat langit masih punya kelam,
Dan bumi menerima sakit hati.

Biarkan derai itu jatuh tanpa malu,
Di pipi yang lelah menanggung beban,
Sebelum tangisan menjadi tabu,
Dilarang oleh dunia yang tak paham perasaan.

Menangislah sebelum ditertawakan,
Sebelum senyum menjadi tameng palsu,
Saat luka masih punya kesempatan,
Untuk berteriak tanpa suara semu.

Biarkan air mata bicara jujur,
Mengalir bersama angin kesedihan,
Sebelum kita dipaksa bungkam,
Oleh aturan tanpa belas kasihan.

Menangislah sebelum dilupakan,
Sebelum rasa sakit dikubur dalam,
Di balik senyum yang terpaksa dipaksakan,
Hati yang pilu perlahan padam.

Tangisan bukan tanda kelemahan,
Ia adalah suara hati yang terluka,
Menangislah sebelum semua perasaan,
Disisihkan di pojok sunyi yang gelap.

Menangislah saat langit mendung,
Saat awan hitam ikut merintih,
Sebelum hujan dilarang turun,
Dan duka disembunyikan di balik selimut putih.

Air mata adalah doa tanpa kata,
Pengakuan dari hati yang merana,
Menangislah sebelum diperintah,
Untuk selalu tertawa tanpa merasa.

Biarkan tangisanmu menjadi saksi,
Dari cerita yang tak terucapkan,
Sebelum dunia meminta bukti,
Bahwa kamu telah lelah berjuang.

Menangislah sebelum terlambat,
Sebelum rasa diredam dalam kepalsuan,
Saat kesedihan masih punya tempat,
Di antara tawa yang penuh beban.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline