Terperangkap dalam hutang rasa yang kelam,
Berjalan di jalan penuh bayangan,
Menanti jawaban dari kegalauan.
Kau datang membawa harapan manis,
Seperti senja yang membalut tangis,
Dalam pelukanmu aku terjerat,
Terlilit janji, hati pun terikat.
Kau ajarkan aku bahasa rindu,
Dengan kata-kata yang kau ukir halus,
Kini aku tertawan tanpa malu,
Menagih cinta yang kau beri tulus.
Semakin dalam aku tenggelam,
Dalam gelombang rindu yang tak terpadam,
Mengais jejak kenangan di malam,
Berharap asa tak hilang karam.
Rasa ini seperti bunga di gurun,
Tumbuh layu di bawah terik tanpa teduh,
Kau biarkan aku terjebak, terperangkap,
Dalam hutang rasa yang makin meremuk.
Bayangmu selalu hadir di setiap detik,
Menghantui hati dengan luka yang terhimpit,
Aku tak sanggup untuk berpaling,
Dari hutang rasa yang kau tanam dalam.
Cinta ini telah menjelma menjadi beban,
Mengikat erat seperti rantai yang tak terlepas,
Aku terjerat, menatap kosong,
Menagih hutang yang tak pernah usai.
Apa ini hukuman bagi hati yang lemah?
Terjerat hutang rasa yang tak terbalas,
Aku menunggu jawaban yang tiada arah,
Dalam kesepian yang tak pernah terhenti.
Setiap janji yang kau bisikkan malam itu,
Menjadi hutang rasa yang tak berujung waktu,
Aku terjerat, terjebak dalam ilusi,
Menunggu cinta yang kau janji pasti.
Seperti angin, cintamu tak terjangkau,
Menyentuhku lembut, namun tak berlabuh,
Kau tinggalkan aku dengan luka yang membeku,
Terikat dalam hutang rasa yang tak terburu.
Aku menghitung hari demi hari berlalu,
Menanti kau kembali dengan cinta yang dulu,
Tapi yang tersisa hanya sepi menggantung,
Hutang rasa ini makin membengkak, tak pernah tuntas.