Hatimu Ibu, adalah lilin yang terang,Di malam sunyi tanpa bintang,Mengusir gelap, mendamaikan ruang,
Menyimpan cerita dalam pandang.
Saat bayang redup mencuri diam,
Cahayamu teguh, tak kenal padam,
Menuntun jiwa yang hampir karam,
Menghangatkan hati yang sempat kelam.
Di sana ada rahasia waktu,
Mengalir lembut bagai bisikan rindu,
Setiap kedip, kisah baru berpadu,
Menyulam harap dan cinta yang syahdu.
Hatimu Ibu, lilin dalam gulita,
Menjaga mimpi, membalut luka,
Seperti cahaya yang takkan pudar,
Menerangi jalan pulang yang sukar.
Hatimu Ibu, lilin yang tak pernah redup,
Pelita jiwa saat duka merayap,
Dalam pancarnya kutemukan harap,
Menghidupkan semangat yang nyaris lenyap.
Hatimu Ibu, harapan yang selalu membara,
Tak goyah meski badai menyapa,
Menjaga impian agar tetap menyala,
Mendekapku erat, penuh percaya.
Hatimu Ibu, membelai penuh kasih,
Lembut menyentuh relung kalbu yang perih,
Seakan berkata, "Jangan pernah letih,"
Karna cinta Ibu tak akan terganti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H