Lihat ke Halaman Asli

Rudi Sinaba

Advokat - Jurnalis

Pelatihan Berkelanjutan, Belajar dari Prinsip Kerja AI

Diperbarui: 3 November 2024   19:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di era digital ini, kita tidak bisa memungkiri bahwa kecerdasan buatan (AI) telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari kita. Dari asisten virtual di ponsel hingga algoritma yang mengatur konten di media sosial, AI terus belajar dan beradaptasi dengan data baru. Fenomena ini mengajak kita untuk merenungkan satu pertanyaan penting: apa yang bisa kita pelajari dari AI tentang pentingnya pelatihan yang berkelanjutan? Mari kita telusuri bagaimana pelatihan yang konsisten dapat meningkatkan kapasitas otak manusia dan mendukung pengembangan keterampilan dalam berbagai aspek 

kehidupan Neuroplastisitas: Dasar Ilmiah Perkembangan Otak

Otak manusia adalah organ yang luar biasa. Kemampuannya untuk beradaptasi dan berubah, dikenal sebagai neuroplastisitas, adalah kunci bagi pembelajaran dan perkembangan keterampilan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh neuroscientists, neuroplastisitas memungkinkan otak untuk membentuk sambungan baru antar neuron sebagai respons terhadap pengalaman baru. Ini berarti, setiap kali kita terlibat dalam pelatihan, kita tidak hanya memperkuat keterampilan yang ada, tetapi juga membentuk fondasi untuk kemampuan baru.

Misalnya, studi oleh Merzenich et al. (1996) menunjukkan bahwa pelatihan yang terfokus dapat mengubah representasi sensorik di otak. Ketika individu berlatih menggunakan keterampilan tertentu, jalur saraf yang terkait menjadi lebih kuat dan efisien. Dengan kata lain, otak kita "berlatih" sama seperti kita berlatih dalam keterampilan fisik.

Pembelajaran Berbasis Aktivitas dan Keterlibatan

Teori pembelajaran kognitif menjelaskan bahwa individu belajar dengan lebih baik melalui pengalaman aktif. Ini adalah prinsip yang sama yang diterapkan dalam pelatihan AI: model AI dilatih melalui pengalaman dari data yang terus menerus diperbarui. Sebuah studi oleh Schunk dan Zimmerman (2008) menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis aktivitas tidak hanya meningkatkan pemahaman, tetapi juga memfasilitasi transfer pengetahuan ke situasi baru.

Misalnya, seorang musisi yang terus berlatih memainkan alat musiknya tidak hanya menjadi lebih baik dalam teknik, tetapi juga dapat menerapkan pengetahuan musiknya dalam menciptakan komposisi baru. Hal yang sama berlaku untuk individu yang terlibat dalam pelatihan berbasis aktivitas di bidang profesional, seperti dalam dunia kedokteran atau teknik.

Efek Pelatihan Terhadap Memori

Salah satu aspek penting dari pelatihan berkelanjutan adalah dampaknya terhadap memori. Penelitian menunjukkan bahwa pelatihan yang konsisten dapat meningkatkan kapasitas memori dan kemampuan pengolahan informasi. Cepeda et al. (2006) menemukan bahwa pembelajaran terdistribusi, di mana pelatihan dilakukan secara teratur dalam jangka waktu yang lebih lama, menghasilkan hasil yang lebih baik daripada sesi pelatihan maraton.

Bayangkan seorang pelajar yang belajar untuk ujian dengan cara menyebarkan waktu belajarnya daripada menghabiskan waktu berjam-jam dalam satu sesi. Metode ini memungkinkan informasi tersimpan lebih baik dalam memori jangka panjang dan mengurangi risiko lupa. Oleh karena itu, meniru strategi ini dalam pelatihan profesional dan pendidikan bisa sangat bermanfaat.

Pembelajaran Sosial dan Kolaboratif

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline