Lihat ke Halaman Asli

Rudi Sinaba

Advokat - Jurnalis

Kant vs Descartes dalam Debat Imajiner tentang "Kebenaran" Dipandu Socrates

Diperbarui: 3 November 2024   08:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Infonews

Pengantar oleh Socrates

Socrates: "Para hadirin yang terhormat, malam ini kita akan menjelajahi sesuatu yang telah menggugah para filsuf, penyair, dan bahkan rakyat biasa sejak zaman dahulu: 'Apakah kebenaran itu, dan dari mana ia berasal?' Kita memiliki dua pemikir besar yang akan menyampaikan pandangan mereka yang sangat berbeda. Rene Descartes, seorang pemikir rasionalis yang meyakini bahwa kebenaran ditemukan melalui pikiran yang murni dan metode skeptisisme radikal. Di sisi lain, ada Immanuel Kant, filsuf dari Knigsberg yang menantang ide kebenaran absolut dan memperkenalkan konsep batasan pengetahuan melalui kerangka akal dan pengalaman manusia."

(Socrates berhenti sejenak, menatap penonton dengan intens.)

"Kita ingin mendalami pertanyaan-pertanyaan besar: Apakah kebenaran dapat ditemukan dalam pemikiran yang terlepas dari pengalaman, atau adakah batasan tak terhindarkan yang diberikan oleh dunia pengalaman kita? Apakah ada kebenaran yang absolut atau kebenaran itu selalu relatif? Dan lebih jauh lagi, apakah pencarian kebenaran ini semata demi kepastian atau mungkin demi pemahaman yang lebih besar tentang diri kita sendiri? Mari kita mulai dan lihat sejauh mana dua pendekatan ini akan bertahan. Baiklah kita mulai dari Descartes, apa yang bisa anda katakan tentang kebenaran."

Descartes: 

"Merci, Socrates." (mengangkat tangan, penuh percaya diri) "Bagi saya, kebenaran adalah sesuatu yang absolut, yang bisa kita akses jika kita mengandalkan akal dengan penuh. Keraguan, jika digunakan dengan benar, mengantar kita pada dasar pemikiran yang tak terbantahkan: Aku berpikir, maka aku ada. Ini adalah kebenaran yang pasti, dan dari sini, kita bisa membangun seluruh pengetahuan tentang dunia dengan logika yang konsisten."

Kant: (tersenyum, bersikap tenang) 

"Herr Descartes, Anda sangat mengagumkan dalam kepercayaan diri terhadap akal. Tapi kita perlu lebih hati-hati di sini. Bagi saya, kebenaran tidak sesederhana itu. Akal kita memang hebat, tapi persepsi kita terbatas. Yang kita tahu hanyalah fenomena, bukan noumena, realitas sejati itu sendiri. Jadi, manusia tidak bisa mengakses kebenaran mutlak, hanya yang bisa kita lihat melalui 'lensa' dari ruang, waktu, dan sebab-akibat."

Descartes: (menyela cepat, sedikit geli) 

"Herr Kant, Anda membicarakan batasan ini seolah-olah itu adalah dinding tebal yang tak bisa ditembus. Saya berani bertanya: Jika kita hanya bisa melihat melalui 'lensa' tertentu, mengapa kita memiliki kemampuan berpikir yang begitu tinggi? Bagi saya, akal ada untuk menemukan kebenaran yang sebenarnya, melampaui batas-batas persepsi."

Kant: (mencondongkan tubuh ke depan, serius namun penuh sindiran halus) 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline