Moderator Isaac Newton membuka diskusi:
"Para hadirin, kita berkumpul di sini untuk menyelami pertanyaan paling mendasar dalam sejarah alam semesta: Mana yang lebih dulu ada telur atau ayam? Di satu sudut, filsuf besar dan ahli penyebab, Aristoteles, siap menjelaskan konsep 'bentuk' dan 'tujuan' sebagai dasar alam semesta. Di sudut lain, sang ahli evolusi, Charles Darwin, dengan argumen bahwa segala sesuatu adalah hasil seleksi alam yang menakjubkan. Mari kita mulai dan jangan terlalu 'bertelur' dalam berpikir, Aristoteles, Anda lebih dulu."
Aristoteles:
"Terima kasih, Tuan Newton. Saya akan mulai dengan pernyataan sederhana: ayam harus ada terlebih dahulu. Menurut pandangan saya tentang causa finalis, penyebab akhir, segala sesuatu diciptakan dengan tujuan tertentu. Ayam adalah bentuk akhir yang sempurna, dan telur hanyalah cara untuk mereproduksi bentuk sempurna ini. Jadi, ayam sebagai bentuk final muncul terlebih dahulu, dan telur hanyalah sarana agar bentuk itu dapat berlanjut."
Darwin:
"Oh, Aristoteles, Anda benar-benar berpikir dunia ini seperti panggung teater yang penuh dengan aktor 'sempurna' yang sudah dipersiapkan? Namun, saya punya berita untuk Anda: ayam yang Anda sebut sempurna itu sebenarnya hanyalah hasil dari variasi kecil yang terakumulasi dari generasi ke generasi. Telur, secara evolusioner, adalah langkah awal bagi spesies untuk berubah dan beradaptasi. Di suatu titik dalam sejarah, seekor makhluk pra-ayam bertelur, dan di sanalah kita mendapat ayam pertama."
Newton (tersenyum):
"Aristoteles, Darwin punya satu poin menarik di sini. Jika kita membayangkan bahwa ada makhluk seperti 'pra-ayam' yang menetas dari telur, apakah itu mengubah pandangan Anda bahwa ayam adalah bentuk final?"
Aristoteles (terbatuk kecil, tersenyum diplomatis):
"Newton, ini sedikit membuat saya tertawa. Tapi mari saya luruskan, saya tidak menyangkal evolusi makhluk. Namun, makhluk pra-ayam yang Darwin sebutkan itu bukanlah ayam, ia hanyalah bayangan dari bentuk sempurna. Sekali seekor ayam sejati ada, ia menjadi bentuk yang mendefinisikan telur-telurnya. Telur pra-ayam bukanlah telur ayam sejati."
Darwin: