Lihat ke Halaman Asli

Rudi Sinaba

Advokat - Jurnalis

Mengapa Karl Marx Mengatakan "Agama Adalah Candu Bagi Rakyat"

Diperbarui: 27 Oktober 2024   03:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

DW

Pendahuluan:

Karl Marx dikenal sebagai salah satu pemikir terpenting dalam sejarah filsafat dan ekonomi politik. Salah satu pernyataannya yang paling terkenal adalah bahwa "agama adalah candu masyarakat." Pernyataan ini sering kali dipahami sebagai serangan terhadap agama, namun jika ditelusuri lebih dalam, sebenarnya merupakan bagian dari kritik Marx yang lebih luas terhadap kapitalisme dan struktur sosial-ekonomi pada masanya. Marx hidup dalam dunia yang dilanda oleh perubahan besar akibat Revolusi Industri, di mana kelas pekerja dihadapkan pada eksploitasi yang masif sementara agama berfungsi sebagai alat yang membantu mempertahankan status quo.

Di sisi lain, pemikir kapitalisme klasik seperti Adam Smith memandang pasar bebas sebagai sistem yang, meski tidak sempurna, pada akhirnya akan menguntungkan semua orang melalui pertumbuhan ekonomi. Bagi Marx, pandangan ini naif, dan ia melihat agama sebagai bagian dari ideologi yang memperkuat struktur eksploitatif kapitalisme. Artikel ini akan mengurai bagaimana Marx menghubungkan agama dengan kapitalisme, mengkritik pemikiran Adam Smith, dan mengapa pandangan Marx tetap relevan di era modern.

1. Kondisi Sosial pada Masa Marx: Agama sebagai Penyejuk Rasa Sakit Sosial

Di masa Karl Marx, Revolusi Industri telah mengubah lanskap sosial Eropa secara drastis. Pabrik-pabrik besar muncul, mengandalkan tenaga kerja yang sering kali diperlakukan dengan buruk. Buruh bekerja dalam kondisi berbahaya, dengan upah yang minim dan jam kerja yang panjang. Ketimpangan sosial semakin mencolok, dengan segelintir elit kapitalis yang menikmati keuntungan besar sementara mayoritas masyarakat hidup dalam kemiskinan. Di tengah kondisi ini, agama memainkan peran penting sebagai penyejuk bagi penderitaan kelas pekerja.

Marx mengamati bagaimana agama membantu menenangkan kaum tertindas dengan menawarkan harapan akan kebahagiaan di akhirat. Dalam tulisannya A Contribution to the Critique of Hegel's Philosophy of Right, Marx menyatakan bahwa "agama adalah keluhan dari makhluk yang tertindas, hati dari dunia tanpa hati, dan jiwa dari kondisi yang tidak berjiwa." Bagi Marx, agama berfungsi layaknya "candu" sesuatu yang menghilangkan rasa sakit sementara tetapi tidak mengatasi akar permasalahan yang menyebabkan penderitaan.

Pandangan ini sangat relevan di berbagai negara yang masih menghadapi ketidakadilan sosial dan ekonomi hingga saat ini. Misalnya, laporan dari Pew Research Center (2019) menunjukkan bahwa di banyak negara miskin, religiositas masih sangat tinggi. Agama berfungsi sebagai penghibur bagi mereka yang hidup dalam kesulitan ekonomi, memperkuat pandangan Marx bahwa agama sering kali menjadi alat pelarian dari kenyataan yang menyakitkan.

Namun, kritik juga muncul terhadap pandangan ini. Sosiolog seperti Max Weber menunjukkan bahwa agama tidak selalu menjadi penghalang perubahan sosial. Dalam The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism, Weber menyoroti bagaimana etos kerja Protestan justru mendorong kapitalisme, dengan nilai-nilai seperti disiplin dan kerja keras yang menjadi motor penggerak bagi perkembangan ekonomi di negara-negara Barat. Ini menunjukkan bahwa agama, dalam beberapa konteks, tidak hanya menenangkan, tetapi juga memotivasi tindakan produktif.

2. Kritik terhadap Adam Smith: Kapitalisme dan Ideologi Agama

Salah satu aspek penting dari pemikiran Marx adalah kritiknya terhadap kapitalisme, yang ia lihat sebagai sistem eksploitatif. Pandangan ini bertentangan langsung dengan pemikiran Adam Smith, seorang ekonom klasik yang dianggap sebagai bapak kapitalisme. Dalam The Wealth of Nations (1776), Smith berargumen bahwa pasar bebas akan menguntungkan semua orang melalui mekanisme "tangan tak terlihat." Dalam pandangan Smith, individu yang mengejar kepentingan pribadi secara tidak langsung akan berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Marx menentang pandangan ini dengan keras. Baginya, kapitalisme bukanlah sistem yang menguntungkan semua orang, melainkan sebuah sistem yang membagi masyarakat menjadi dua kelas utama: kapitalis dan pekerja. Kapitalis menguasai alat produksi dan memperoleh keuntungan dari eksploitasi tenaga kerja pekerja. Dalam Das Kapital, Marx menguraikan bagaimana kapitalisme menyebabkan alienasi, di mana para pekerja tidak memiliki kendali atas hasil kerja mereka sendiri dan hanya dianggap sebagai alat untuk menciptakan nilai bagi pemilik modal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline