Di taman berduri, sang singa bertahta,Dengan cakar besi, ia memerintah dunia.Bunga-bunga layu di bawah bayangannya,Air sungai pun berhenti, takut pada ancamannya.
Namun, dalam senyap, akar merayap,
Mencari celah di bawah batu yang retak.
Sang singa lupa, pohon yang terinjak,
Bisa tumbuh menjadi tombak yang menikam cepat.
Domba-domba berbisik di kegelapan malam,
Sembari merenda mimpi, penuh dengan dendam.
Mereka tahu, serigala takkan selamanya kuat,
Suatu hari, bulunya akan terkelupas pelan.
Ketika sang singa haus akan kuasa, Lidahnya akan kering oleh darahnya sendiri. Sebab, tak ada singgasana yang abadi, Bahkan raja hutan pun bisa ditelan bumi.
Begitulah akhir setiap mahkota,
Dijatuhkan oleh tangan yang ia kira tak berdaya.
Murka yang dulu begitu megah,
Kini hanya sisa bisu dalam lumpur merah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H