Lihat ke Halaman Asli

RUDI SINABA

Penulis freelance artikel hukum pada Legal-is-MyLife.blogspot.com

Mengajak Siswa Untuk Berpikir Kritis

Diperbarui: 4 Oktober 2024   06:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

shutterstock

Pendahuluan

Palam dunia yang semakin kompleks dan cepat berubah, kemampuan berpikir kritis menjadi salah satu keterampilan esensial yang harus dimiliki oleh setiap individu, terutama generasi muda. Di tengah derasnya arus informasi yang tak terhindarkan, kemampuan untuk menganalisis, mengevaluasi, dan memproses informasi secara kritis adalah kunci untuk mengambil keputusan yang tepat dan bijaksana. Pendidikan, sebagai fondasi utama pembentukan karakter dan pemikiran, memegang peranan penting dalam menanamkan keterampilan ini pada siswa, dimulai sejak usia dini.

Banyak ahli pendidikan setuju bahwa kemampuan berpikir kritis tidak hanya lahir secara alami, tetapi harus dikembangkan melalui proses pendidikan yang terstruktur. Negara-negara dengan sistem pendidikan maju telah membuktikan bahwa pengajaran yang mendorong siswa untuk berpikir kritis sejak kecil akan menghasilkan generasi yang mampu bersaing di tingkat global. 

Menanamkan kemampuan berpikir kritis pada siswa sejak usia dini merupakan langkah penting dalam membentuk generasi yang mampu menghadapi tantangan di masa depan. Berikut adalah beberapa cara yang dapat diterapkan dalam pendidikan untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis pada siswa:

1. Mendorong Rasa Ingin Tahu

Pada usia dini, anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Guru dan orang tua bisa memanfaatkan momen ini dengan mendorong anak-anak untuk mengajukan pertanyaan. Misalnya, guru bisa memulai dengan bertanya, "Mengapa kamu berpikir demikian?" atau "Bagaimana caramu menemukan jawabannya?" Metode ini melatih anak untuk mengeksplorasi alasan di balik pemikiran mereka, bukan hanya menerima informasi begitu saja.

Jean Piaget, seorang psikolog perkembangan, menekankan bahwa anak-anak belajar melalui eksplorasi aktif dan interaksi dengan lingkungan. Menurut Piaget, rasa ingin tahu adalah inti dari proses pembelajaran anak, dan tugas pendidik adalah memfasilitasi serta menjaga rasa ingin tahu ini agar terus berkembang. 

Di Finlandia, anak-anak di sekolah dasar didorong untuk terus bertanya dan mencari tahu jawabannya sendiri. Guru berperan sebagai fasilitator yang membantu anak mengeksplorasi ide-ide baru, dengan memberi ruang bagi siswa untuk bertanya dan berpikir kritis sejak dini.

2. Pengajaran Berbasis Pertanyaan (Inquiry-Based Learning)

Metode pembelajaran yang berfokus pada pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh siswa dapat membantu mereka berpikir kritis. Alih-alih memberikan jawaban langsung, guru dapat memfasilitasi proses eksplorasi di mana siswa diminta mencari jawaban mereka sendiri. Ini mengembangkan keterampilan berpikir logis dan analitis karena mereka belajar untuk mengevaluasi informasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline