Lihat ke Halaman Asli

Rudi Sinaba

Advokat - Jurnalis

Hegel Vs Marx dalam Perang Dialektika. oleh : Rudi Sinaba

Diperbarui: 24 September 2024   06:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indopos.com

Georg Wilhelm Friedrich Hegel dan Karl Marx adalah dua tokoh penting dalam sejarah filsafat yang meskipun memiliki pendekatan dialektika yang sama, namun berakar pada landasan pemikiran yang sangat berbeda. Hegel, seorang idealis, memandang realitas sebagai produk dari perkembangan ide-ide, sementara Marx, seorang materialis, menegaskan bahwa kondisi materi khususnya ekonomi adalah yang menentukan kesadaran dan perkembangan sejarah. Pertentangan antara idealisme Hegel dan materialisme Marx tidak hanya merupakan perdebatan akademis, tetapi juga memiliki implikasi yang mendalam bagi teori politik, ekonomi, dan perubahan sosial.

1. Dialektika Hegel: Ide dan Realitas

Hegel mengembangkan metode dialektika yang terkenal, di mana setiap ide (tesis) akan menghadapi kontradiksi (antitesis) yang kemudian melahirkan sintesis sebuah ide baru yang lebih tinggi. Dalam pandangan Hegel, realitas adalah hasil dari perkembangan ide yang terus-menerus. Sejarah, bagi Hegel, adalah proses rasional di mana semangat (geist) manusia mencapai kesadaran tertinggi melalui konflik dan resolusi.

Bagi Hegel, negara adalah manifestasi tertinggi dari kebebasan rasional. Dalam kerangka ini, individu menemukan identitas dan kebebasan mereka dalam struktur sosial dan politik yang diatur oleh hukum. Hegel percaya bahwa sejarah bergerak menuju tujuan yang jelas: kebebasan individu yang terwujud dalam bentuk negara yang rasional.

2. Materialisme Marx: Ekonomi sebagai Dasar.

Marx, di sisi lain, mengambil jarak dari pandangan idealis Hegel. Dalam karyanya, terutama dalam Das Kapital dan Manifesto Komunis, Marx menekankan bahwa kondisi material dan ekonomi, bukan ide, yang mendasari perubahan sosial dan sejarah. Menurut Marx, perjuangan kelas adalah motor penggerak sejarah. Ketika kelas pekerja (proletariat) menyadari keadaan mereka yang tertekan oleh kelas pemilik modal (borjuasi), mereka akan melakukan revolusi untuk menggulingkan sistem yang menindas.

Marx membalikkan dialektika Hegel dengan menekankan bahwa perubahan sosial dan sejarah dimulai dari kondisi material dan praktik kehidupan nyata, bukan dari ide. Dalam pandangan Marx, ide-ide sering kali merupakan produk dari keadaan material dan sering digunakan oleh kelas penguasa untuk mempertahankan dominasi mereka.

3. Pertentangan Dasar: Idealisme vs. Materialisme

Pertentangan fundamental antara Hegel dan Marx terletak pada sumber utama perubahan. Hegel melihat ide sebagai pendorong utama, sementara Marx menilai bahwa kondisi ekonomi dan material adalah kunci. Hegel percaya bahwa perkembangan ide membawa kepada peningkatan kebebasan, sedangkan Marx menekankan bahwa kebebasan tidak dapat dicapai tanpa mengubah struktur ekonomi yang menindas.

Kritik Marx terhadap Hegel tidak hanya bersifat teoritis, tetapi juga praktis. Marx berargumen bahwa ketidakadilan sosial dan ekonomi tidak dapat diselesaikan hanya dengan memahami ide-ide, tetapi memerlukan tindakan kolektif untuk mengubah kondisi material. Ini menciptakan perbedaan mendasar dalam pendekatan mereka terhadap perubahan sosial: Hegel bersikap lebih filosofis, sementara Marx lebih pragmatis dan revolusioner.

4. Implikasi dalam Teori dan Praktik

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline