Lihat ke Halaman Asli

Rudi Ahmad Suryadi

Pembelajar Keislaman

Kesadaran Kolektif, Rumah adalah Sekolah

Diperbarui: 16 Mei 2020   14:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: wisdomquarterly.blogspot.com

Hari pendidikan di Indonesia diperingati setiap tahun, tepatnya tanggal 2 Mei. Layaknya sebagai peringatan, ia mengandung peristiwa yang harus diperingati. Pendidikan yang diperingati, pendidikan yang menjadi bagian kehidupan.

Pendidikan menjadi nafas bagi kehidupan. Hampir setiap hari, aktivitas pendidikan selalu mengisi ruang kehidupan. Guru dan murid berinteraksi dalam pembelajaran, kyai memberikan pengajian kepada santri, bahkan orang tua yang menuntut anaknya berjalan, ia menjadi proses pendidikan. Pendidikan dengan manusia tidak bisa dipisahkan. Pendidikan diarahkan untuk manusia, dan manusia yang melakukan pendidikan.

Hari pendidikan hari ini, tampak berbeda dengan tahun sebelumnya. Gegap gempita tak terdengar. Acaranya menjadi ramai dalam ruang virtual. Slogan hari pendidikan nasional muncul pada internet dengan berbagai medianya. Acara peringatan menjadi ramai dalam ruang maya, karena pandemi. Kesunyian yang tampak di permukaan memicu kesadaran kolektif untuk menyelami kembali hakikat pendidikan dalam situasi pandemi.

Hampir tiga bulan lebih pendidikan mengalama kesunyian. Tatap muka, bukan lagi menatap wajah guru dan murid. Tatap muka divisualkan pada piranti komputer. Guru dan murid berkomunikasi dalam jalinan internet. Rasanya berbeda dengan tatap mula langsung.

Interaksi pembelajaran sedang dikuatkan oleh teori bahwa mengajar tidak usah tatap muka. Ada benarnya memang, namun kehangatan hubungan edukatif seperti tidak mendalam. Situasi pandemi, mendorong insan pendidikan untuk memikirkan model pembelajaran yang tepat.

Bangsa Indonesia, sedang dirundung musibah oleh pandemi Covid-19 ini. Akibat dari situasi ini, pembelajaran berlangsung dengan tidak tatap muka. Layanan pembelajaran yang mengandalkan internet menjadi keniscayaan.

Satu situasi ini mengantarkan kesadaran bahwa sesuatu sedang berubah. Tidak selamanya pembelajaran tatap muka langsung. Perkembangan teknologi yang dibuat manusia dimanfaatkan untuk memfasilitasinya.

Perubahan menjadi keniscayaan, tak bisa dihindari, termasuk pula pada proses pendidikan. Perubahan menjadi proses normal. Perubahan situasi tanggap darurat Covid-19 ini, bukan proses yang negatif, melainkan menumbuhkan kesadaran bahwa pada situasi tertentu terdapat sesuatu yang berubah dari biasanya.

Kesadaran menjadi satu aspek spritual. Pendidikan yang diarahkan pada aspek spiritual beriringan dengan kognitif dan afektif. Bahkan aspek spiritual menjadi komposisi dalam rumusan tujuan pendidikan untuk standar kelulusan. Kesadaran membuahkan sikap tentang diri, situasi, dan langkah yang akan ditempuh.

Kesadaran akan situasi ini bersifat itensial, seperti kata Sartre. Kesadaran terarah pada situasi yang ada dan begitu saja, yang berhadapan dengan apa yang ada pada dirinya. Manusia disebut sadar apabila ia melihat situasi apa adanya dilihat dari dirinya. Kesadaran tidak pasif, melainkan proses aktif untuk membedakan (diferensiasi) dan menyatukan (integrasi).

Membedakan berarti ada perbedaan antara manusia dengan situasi yang berubah. Menyatukan dimaknai bagaimana manusia bisa menyatu dengan situasi yang berubah. Dua sisi ini menjadi ciri khas kesadaran yang dibangun ketika menghadapi perubahan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline