Lihat ke Halaman Asli

Pengusaha 5 B

Diperbarui: 24 Juni 2015   07:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Awal menjadi pengusaha, saat itu masih sebagai karyawan. Bingung mendirikan usaha, kok mahal ya biayanya, hanya membuat akte perusahaan saja 4 juta, membuat ijin-ijin 2 juta, membuat TDP+SIUP+NPWP 2juta, kapan baliknya modal ini. Bingung pangkat satu berlangsung, tapi hayo aja kita jalani.

Bagitu punya bendera, sudah punya kop surat. Bingung cari order, siapa-siapa ditawari dagangan kita, sudah tahu bergerak dalam dunia teknik. Teman lama yang ndak pernah ketemu juga diceritakan produk yang dibuat, diajak ngomong teknis secara detail. Semua orang dianggap prospek. Tiada hari tanpa ketemu orang baru. Belum dapat order tapi kan sudah bergelar pengusaha (meskipun dalam hati)

Alhamdulillah dapat order perdana. Bingung menyelesaikan order, supplier belum punya, perusahaan masih baru, belum bisa ngutang. Mana modal itu-itunya sudah habis buat bikin dokumen perusahaan lagi. Wow.... nikmatnya terima order yang pertama tetap menguji adrenalin untuk menyelasaikan order tersebut. Berjibaku telephone kesana-kemari teman lama-teman baru, rayu sana-rayu sini agar bisa ngutang. "Dodolan kok gak mau modal" ada yang komentar seperti itu...kita jawab, sudah modal nich..modal nekad..nekad membuat bendera dan nekad mengharuskan bendera berkibar.

Order terkirim. Bingung nagih, A-Z dikerjakan sendiri, terima barang, bikin barang, bikin surat jalan, kirim barang, tanda tangan invoice, tanda tangan faktur, semua sama. Satu tanda tangan. Sampai customer bingung. ini dokumen apaan, semua yang bentuk tanda tangannya sama (xi..xi..xi..), jangan ditanya "tukang kunci nyambi jadi direktur ). Dag-dig-dug..kapan dibayar ya..? tiap hari ngelihat kalender rasanya lama amat tanggal jatuh tempo.

Alhamdulillah payment diterima. Bingung cari order lagi. Bagitu payment masuk ke rekening, siap bayar sana-bayar sini. Bayar supplier, bayar listrik, bayar tagihan ojek, bayar warung makan dipojok jalan, wuih... kok saldonya tinggal segini. Terus bulan depan gemana. Ternyata pekerjaan belum usai saat pembayaran sudah diterima. Cari order lagi, kalau ndak dapat order alamat ngglimpang kendile, tidak bisa masak.

Sabar, terus berusaha, dengan semboyan "Lakukanlah apa yang kau bisa maka Allah akan menunjukkan jalan bagian yang kau tidak bisa."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline