Lihat ke Halaman Asli

Rudi Suardi

Penjelajah dan pemimpi

Iran Vs Arab Saudi dan Politik Indonesia

Diperbarui: 6 Januari 2016   10:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kondisi arab vs iran yang disikapi berlebihan oleh penduduk indonesia menarik bagi saya, dalam literatur sejarah hubungan kedua negara ini sangat menarik, sebelum revolusi Iran 1979 hubungan kedua negara ini boleh dikatakan tidak ada hubungannya dengan konflik sekterian sunni-syiah yang sedang ramai digadang gadang ditanah air, lebih pada peran radikal-konservatif, bagaimana tidak Raja Faisal dan Shah Iran adalah dua tokoh penting saat itu yang bersepakat untuk dibentuknya OKI. Pada masa itu kita sempat melihat bagaimana para pemimpin masing2 aliran bisa sholat berjamaah bersama.

Saling kunjung mengunjungi pun dilakukan oleh kedua belah raja saat itu, hubungan ini bisa ditarik sebagai bentuk upaya mempertahankan monarki yang saat itu diterapkan dimasing-masing negara, dengan Iran sebagai monarky fahlevi dan Arab saudi dengan monarky Saud-nya.

Hubungan kedua negara mulai mengalami pasang surut ketika revolusi iran pecah dimana mulai mengkawatirkan negara arab saudi dengan monarki absolutnya. Pengaruh perang dingin dengan dominasi AS di Arab Saudi serta upaya Iran pasca revolusi yang ingin memainkan pengaruh politiknya ikut membuat hubungan kedua negara tidak membaik.
Perang Irak-Iran membawa hubunga kedua negara makin memburuk karena Arab Saudi telah mengelontarkan dana besarnya buat Irak.
Kasus 1987 yang diikuti kejadian tahun 1988 telah membuat raja Fadh memutuskan hubungan diplomatik, yang kemudian dibuka kembali tahun 1999 saat kunjungan Khatami ke Arab Saudi.

Jatuhnya Saddam Husein dan musim semi Arab ikut membuat hubungan kedua negara kembali memburuk hal ini tentu mengkawatirkan Arab Saudi sebagai negara monarki yang tak ingin terimbas. Program Nuklir Iran tidak saja menakutkan AS tapi tentu juga Arab Saudi, peran penting siapa yang paling disegani dikawasan ikut memancing konflik, serangan Arab Saudi ke yaman tentu akan dipandang sebagai serangan sunni ke syiah ketimbang sebuah upaya menjaga stabilitas dalam negari arab saudi. Jadi sikap politik arab saudi saat ini tentu dapat dilihat dari upaya untuk mengimbangi kekuatan Iran.

Jadi apakah kasus kedua negara adalah hubungan panas sunni dan syiah, saya tidak melihat kesana tapi lebih pada siapa yang ingin disegani dikawasan tsb melihat walau bagaimanapun kawasan ini paling penting saat ini pertama dengan kawasan strategis, minyak yang berlimpah, dan ketiga kehadiran negara Israel.

Dengan konflik Arab Saudi dan Israel bagaimana peran Indonesia? menurut saya konflik ini jelas tidak menguntungkan palestina yang juga terbagi atas dua sekterian. Perjuangan palestina akan kalah terdengar ketimbang konflik Arab Saudi Vs Iran, disini sebenarnya peran politik luar negari Indonesia sangat dibutuhkan untuk bisa menjembati persoalan lebih penting, sebab krisis kedua negara tentu akan mempengaruhi harga minyak dunia dimana Indonesia akan terimbas secara langsung sbg pengimpor. Kedua sebagai negara dengan penduduk islam terbesar dapat menempatkan Indonesia sebagai mediator penting untuk stabilitas kawasan tsb, ujungnya menguntungkan stabilitas di negara kita sendiri yang saat ini juga mengusik posisi minoritas dengan anti syiah yang makin marak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline