Lihat ke Halaman Asli

Edukasi Itu Penting Lo, Ibu DPR...

Diperbarui: 23 Januari 2016   17:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Siti Mukaromah, anggota Pansus Rancangan Undang-Undang Larangan Minuman Beralkohol (RUU Minol), seperti yang dikutip di www.suarasurabaya.net mengatakan perilaku mengkonsumsi minuman beralkohol hingga mabuk tidak ada kaitannya dengan faktor pendidikan. 

Dalam tulisan ini, saya enggan berkomentar akan statement itu. Saya hanya menceritakan beberapa pengalaman kecil.

Seorang ibu, usia paruh baya tampak berbincang dengan dua rekannya di sebuah restoran berkelas  di Surabaya  Jawa Timur. “Saya tidak pernah akan mau makan alpukat karena alpukat membuat perut gendut (obesitas) dan menyebabkan diabetes, “ . Kedua rekannya pun tampaknya setuju saja.

Kenapa sebagian besar perempuan dewasa tidak menyukai alpukat ?

Mulailah saya bertanya kepada penjual jus buah, pedagang alpukat mengenai harga, tingkat konsumsi hingga tata cara dan kebiasaan masyarakat di Indonesia mengkonsumsi alpukat. 

Dari beberapa narasumber saya, sebagian besar membeli alpukat untuk diberikan kepada anak usia 1 hingga 5 tahun. Para ibu biasanya menyajikan alpukat pada anak dengan cara membelah alpukat dan menaburkan gula diatas daging buahnya agar rasanya manis. Dengan cara itu, alpukat dipercaya secara turun temurun membuat anak berbadan gemuk (menggemukkan badan).

Beberapa pakar kesehatan, termasuk beberapa artikel ilmiah menyebutkan alpukat tidak membuat badan gemuk. Alpukat malah disarankan bagi mereka yang melakukan diet karbohidrat. Alpukat sendiri mengandung lemak tak jenuh yang mampu menetralisir lemak jenuh dalam darah. Jadi bukanlah alpukat yang membuat gemuk dan memicu diabetes, akan tetapi pemberian gula  dalam alpukat itu sendiri yang bisa menjadi biang keroknya.

Bukan berarti kemudian menyalahkan gula sebagai penyebab tingginya diabetes di Indonesia. Gula merupakan salah satu sumber energi yang dibutuhkan manusia. Namun, jika berlebihan, gula dapat menyebabkan obesitas dan diabetes tipe 2.

Batas konsumsi gula, garam, dan lemak yang disarankan oleh Kementerian Kesehatan RI (Kemkes) per orang per hari yaitu 50 gram (4 sendok makan) gula, 2000 miligram natrium/sodium atau 5 gram garam (1 sendok teh), dan untuk lemak hanya 67 gram (5 sendok makan minyak). Untuk memudahkan, rumusannya adalah G4 G1 L5

Edukasi

Meskipun upaya perbaikan menu makanan untuk masyarakat telah dilaksanakan sejak tahun 1961, namun hingga saat ini ketergantungan konsumsi pangan masyarakat terhadap satu jenis sumber makanan yaitu karbohidrat masih sangat tinggi (60 persen), sementara konsumsi sumber lain seperti kacang-kacangan, sayuran masih sangat rendah. Dengan kata lain pola konsumsi masyarakat di Indonesia belum memenuhi gisi yang seimbang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline