Lihat ke Halaman Asli

Piala Dunia 2022

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Meskipun ditolak oleh Fédération Internationale de Football Association (FIFA) pada tanggal 19 Maret 2010, namun Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi tetap akan berusaha meminta agar Indonesia bisa menjadi tuan rumah Piala Dunia tahun 2022 mendatang. Saya yang asli “Bonek” sejak kecil mendukung upaya pemerintah demi kemajuan sepakbola di Indonesia. Hanya saja, saya sedang kuatir, akan munculnya intervensi negara asing terkait sejumlah regulasi anti bir di Indonesia. Apalagi Sekjen FIFA, Jerome Valcke pernah bilang “Minuman beralkohol adalah bagian dari Piala Dunia, jadi kita harus memilikinya, "

“Nggolek bir saiki angel rek, nonton bola jadi gak asyik, ” keluh salah satu rekan di Bojonegoro Jawa Timur yang katanya juga tidak dijumpai di supermarket di kota penghasil minyak itu. Padahal seharusnya bir, sesuai regulasi Rachmad Gobel, boleh dijual di supermarket.

Seperti diketahui, untuk menyelamatkan generasi muda, Menteri Perdagangan Rachmad Gobel membuat aturan terkait larangan penjualan bir di minimarket dan pedagang eceran. Aturan juga ini didukung oleh Menteri Pemuda dan Olahraga.

“Minum bir saat menonton pertandingan sepakbola bukan untuk mabuk. Bir dihidangkan bersama kacang bagaikan teman sejati bagi gibol mania, “ kata Irsad (42), warga Surabaya.

Sepakbola dan bir memang tak dapat dipisahkan. Borussia Dortmund misalnya, berkampanye anti rasialisme lewat satu juta tatakan gelas bir, mengambil tema unik: 'Kein Bier fur Rassisten!' atau dalam bahasa Indonesia berarti 'Tak Ada Bir untuk Rasialis!'.

Kampanye ini jadi lanjutan langkah tegas Die Borussen terhadap tindakan-tindakan rasialisme, juga berupaya meredam aksi-aksi ekstrem berhaluan politik kanan jauh seperti fasisme. Mereka sebelumnya juga diketahui menjatuhkan hukuman berat, yakni larangan ke stadion selama empat tahun untuk salah seorang penggemar yang melakukan salam Nazi.

Baik di negara-negara Eropa maupun Indonesia, sepakbola sudah menjadi budaya yang sangat mengakar di masyarakatnya. Termasuk juga soal urusan menenggak minuman beralkohol ketika menyaksikan pertandingan.

Dua hal itulah membuat Presiden Brazil Dilma Rousseff akhirnya mencabut larangan menjual dan menenggak bir di sekitar stadion selama berlangsungnya Piala Dunia 2014. Sejak tahun 2003, Pemerintah Brazil menerapkan larangan menjual minuman beralkohol di dalam arena olahraga.  Pencabutan regulasi itu karena permintaan FIFA.

Renan Fielho, anggota Partai Pergerakan Demokratik Brazil, yang juga bersekutu dengan pemerintah, mengatakan pencabutan larangan tersebut sebagai ` perubahan temporer untuk menjamin Piala Dunia terbaik untuk Brazil.`

Berlangsungnya Piala Dunia 2014 di Brazil tidak lepas dari peranan AB InBev, produsen bir bermerek Budweiser yang telah menjadi sponsor piala dunia sejak 1986. Berdasarkan Sports Sponsorhip Insider, AB InBev telah mengeluarkan dana sebesar US$ 120 juta hingga US$ 160 juta untuk menjadi sponsor Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan dan Piala Dunia 2014.

FIFA sendiri sebenarnya sudah menetapkan tuan rumah PD 2022 adalah Qatar. Namun memang, belakangan banyak masalah yang terjadi terkait penunjukkan tersebut, yang sempat memunculkan opsi untuk memindahkan tuan rumah PD 2022 ke negara lain.

Ketua Masyarakat Sepakbola Indonesia (MSBI), Sarman L Hakim, seperti yang dikutip www.rri.co.id, mengatakan Imam Nahrawi siap untuk membuat proposal baru seputar pengajuan Indonesia menjadi tuan rumah PD 2022.

Dalam waktu dekat, MSBI akan mengujungi Kantor FIFA di Zurich, Swiss untuk menyampaikan deklarasi untuk menempatkan kembali Indonesia sebagai calon tuan rumah Piala Dunia 2022 mendatang setelah ditolak pada tahun 2010 lalu.

“Ketika itu pemerintah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tidak melanjutkan proses bidding tersebut. Saya yakin, hal tersebut sudah dikomunikasikan dengan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla," kata Sarman.

Menpora Imam Nahrawi itu, kata Sarman, seperti Soekarno Muda.  “Berani dan memiliki visi jauh ke depan. Kalau dulu pada 1962, Soekarno berani menjadikan Indonesia tuan rumah Ganefo (Games of New Emerging Forces). Kini, Imam Nahrawi berani memperjuangkan Indonesia menjadi tuan rumah Piala dunia 2022," tuturnya.

Sebelumnya, PSSI melalui komite ad-hoc sinergi mengatakan telah memiliki program jangka panjang agar timnas Indonesia bisa lolos ke Piala Dunia 2046 melalui visi 2045. Jangka waktu itu ditetapkan, setelah melihat berbagai permasalahan yang harus diselesaikan PSSI untuk membangun fondasi yang kuat untuk sepakbola Indonesia.

Terlepas dari masalah yang mendera PSSI, Jokowi, dalam kompas.com, berkata "Saya jagoin PSSI, saya serius, saya ngomong apa adanya,"

Semoga saja PSSI tidak lantas mencabut Peraturan larangan menjual bir yang telah ditandatangani oleh Rachmad Gobel pada 16 Januari 2015 lalu. Akan tetapi sebagai masyarakat Indonesia, saya mendukung kemajuan sepakbola di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline