Prajurit Lanud Roesmin Nurjadin dan Batalyon Komando (Yonko) 462 Paskhas ’Pulanggeni’ bahu membahu untuk memadamkan api di Rimbo Panjang, kabupaten Kampar, Kamis (17/9/2015). (riaupos.com)
Dampak asap melumpuhkan berbagai sektor ekonomi. Bandara lumpuh, akibatnya para pelaku bisnis menjerit. Omzet menurun hingga ancaman kolaps mengintai. Kerugian Riau selama satu bulan bencana asap diperkirakan mencapai angka Rp22 triliun.
Fakta tersebut terungkap dalam pertemuan yang ditaja Kamar Dangang dan Industri Indonesia (Kadin) Riau, dalam Focus Group Discussion (FGD) dengan topik bahasan terkait "identifikasi Dampak dan Solusi Bisnis Bagi Dunia Usaha di Provinsi Riau."
Akibat asap sebulan kerugian pendapatan pelayanan langsung di Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru kehilangan Rp1,5 miliar, kerugian biaya operasional listrik Rp75/hari.
Berbagai kalangan pelaku usaha dengan berbagai kerugian akibat asap duduk bersama untuk mencari solusi atas bencana kabut asap yang tidak juga berkurang hingga sekarang. Parahnya lagi bencana itu terjadi setiap tahun. Padahal berbagai usaha sudah, sedang dan akan dilakukan.
Terkait keluhan dan masukan yang umumnya bercerita tentang kerugian, pihak Kadin Provinsi Riau, Mardianto Manan mendesak Pemerintah Pusat untuk mengembalikan tata ruang regional untuk mencari solusi permanen dalam mengatasi bencana asap.
"Rencana Tata Ruang Wilayah harus jelas. Agar diketahui siapa pemilik lahan yang dibakar tersebut. Sehingga tidak jadi saling tuding. Selain itu perlu ditinjau ulang pasal dan ayat dalam UU Lingkungan Hidup yang kontradiktif, sehingga berpegaruh dalam upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran lahan dan hutan," sambung Mardianto Manan, dosen dan mengamat tata ruang dan perkotaan.
Kerugian
Asperindo yang bergerak di bidang ekspedisi, memiliki 50 eksepedisi, menurun 80%.
Tingkat hunian hotel berbintang turun 39,99%.
GAPKI, misalnya di sektor sawit, menurun produktivitasnya, sehingga merugi Rp7,3 triliun.