Oleh Aldi M. Perdana
Bandung, 1 Oktober 2011
Wahai besi-besi yang meriuhkan nafas dedaunan
Yang sama busuknya dengan aku sang pendosa
Engkau mengusir bisingnya indah nyanyian mereka
Terkutuklah! Terkutuklah!
Engkau makhluk-makhluk serakah di sana
Runtuhkan tempat berpijak para penghuni alam
Tuli akan amarah sang pertiwi
Yang menangis! Yang merintih!
'BANGSAT!'
Apa yang kau cari untuk mengisi perutmu?
Tak ada di sana, tak ada..
Hanya jika kau mencari keserakahan,
Pantas betul kau gerayangi mereka
Kau buat sungai menjadi dangkal
Kau buat hutan tak lagi rimbun
Kau buat langit kehilangan penghuninya
Kau buat pagi tak lagi berembun
'KAU BUAT SEMUANYA SESAK!'
Masa lalu kau tenggelamkan dalam gengsinya modernisasi bohong!
Dan kau telan ufuk pagi ke dalam kapitalisme nihil!
Kau manfaatkan liberalisme yang ternyata hanya sebuah pepesan kosong!
Menulikan diri kepada para peneriak kehijauan Ibu Pertiwi!
Nafas-nafas kau hentikan!
Kau putuskan seolah kau adalah Tuhan!
Gunung-gemunung kau perkosa!
Kau telanjangi mereka seolah kau adalah Tuhan!
"MANUSIA PICIK!"
"BANGSAT!"
Dengarkan aku Tanah! Dengarkan aku Sungai!
Dengarkan aku Kayu! Dengarkan aku Air!
Dengarkan aku Hutan! Dengarkan aku Langit!
Dengarkan aku Hujan! Dengarkan aku Ibu Pertiwi!
Aku adalah anakmu! Dan mengutuk setiap raja dari mereka!
Para pengisi perut dengan serakah!
Terkutuklah mereka!
Bangsat!
"Didedikasikan untuk karst Citatah,
dan alam-alam INDONESIA yang tenggelam oleh pemerkosaan tanpa norma."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H