Lihat ke Halaman Asli

Ruby Astari

Penulis, penerjemah, pengajar Bahasa Inggris dan Indonesia, pembaca, dan pemikir kritis.

"Bersulang Terakhir"

Diperbarui: 2 Mei 2016   18:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tidak biasanya kamu mengumpulkan kita semua di ruang makan malam itu. Empat gelas anggur tersedia di atas meja bundar. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul sepuluh lewat.

"Dalam rangka apa ini?" Bill, salah satu dari tiga lelaki dalam rombongan ini bertanya. Sama sepertinya, aku dan Carl penasaran.

"Hanya ingin merayakan keberhasilan kita semua," katamu. Kita semua mengangkat gelas anggur masing-masing. "Tanpa kalian, mungkin aku akan masih berada di dalam penjara-"

"-dan kita masih akan tinggal di flat bobrok," sambung Carl.

Dan aku masih menjajakan diri di pinggir jalan, pikirku dengan masam. Ah...sudahlah, Ella, tegurku pada diri sendiri. Itu masa lalu sekarang.

"IMPIAN KITA TERKABUL!" serumu, sebelum kita berempat saling membenturkan gelas anggur. Cling! Bersulang.

Selesai menyesap anggur masing-masing, mendadak Bill dan Carl sama-sama mengeluarkan suara tercekik. Gelas anggur mereka terlepas dan pecah berhamburan di lantai, sebelum mereka pun ambruk seketika.

Kita berdua hanya mengamati dua lelaki bodoh itu menggelepar-gelepar di lantai seperti ikan-ikan tanpa air. Tak lama kemudian, mereka pun berhenti.

Mati...

"Mimpi yang indah," bisikmu dengan senyum keji. Lalu kamu berpaling padaku dan mendekat. Kurasakan lengan kekarmu di pinggangku. Mataku terpejam saat kamu menciumku.

"Sekarang hanya tinggal kau dan aku, Ella," gumammu puas. "Bagian kita lebih banyak sekarang."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline