Lihat ke Halaman Asli

Cahya Nugraha

Suka naik gunung, camping, jalan-jalan, makan-makan. @rubikomugglo

Sate Klathak Pak Pong, Sederhana Namun Istimewa

Diperbarui: 5 November 2016   09:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sate Klathak Pak Pong (dokumentasi pribadi)

Suasananya "jogja banget" (dokumentasi pribadi)

Salah satu kuliner legendaris yang tidak boleh dilewatkan kalau mampir ke Jogja adalah Sate Klathak. Sekarang ini, sudah banyak pedagang menjual Sate Klathak, tetapi salah satu warung sate klathak yang paling terkenal adalah Sate Klathak Pak Pong. Warung ini berlokasi di Jl Stadion Sultan Agung, kalau dari Jalan Imogiri Timur, terus saja sampai kilometer 7, lalu setelah sampai di perempatan Pasar Jejeran, ambil ke arah barat, kira kira jalan sekitar 500m dari perempatan tadi, warung ini terletak di sebelah kanan jalan. Kita langsung bisa melihat orang membakar sate di pinggir jalan, kepulan asap harum menyebar kemana-mana.

Daging dibakar dengan tusuk yang terbuat dari ruji motor (dokumentasi pribadi)

Ukuran Sate Klathak lebih besar daripada sate biasa (dokumentasi pribadi)

Tidak hanya menjual sate, tongseng pun ada (dokumentasi pribadi)

Ketika mendengar kata Sate Klathak, jangan bayangkan daging kambing dengan siraman sambal kecap seperti sate kebanyakan. Sate Klathak sangatlah berbeda, sangat unik. Sate Klathak terbuat dari daging kambing muda dipotong lalu ditusuk dengan ruji sepeda motor. Iya, kalian gak salah membaca. Ruji motor yang terbuat dari besi itu. Penggunaan ruji ini dipercaya bisa mengantarkan panas lebih baik, sehingga daging bisa matang secara merata, luar dan dalam. Bumbu yang digunakan dalam membakarnya juga sangat sederhana, hanya garam dan merica. Kesederhanaan ini membuat rasa dagingnya muncul, sehingga rasa gurih alami sangat terasa, ditambah dengan keempukan daging kambing muda. Sempurna !

Warung Sate Pak Pong tidak hanya menjual Sate Klathak, menu lain juga banyak tersedia, seperti tengkleng, tongseng, nasi goreng yang tentunya semua terbuat dari daging kambing. Kami malam itu juga njajal tongsengnya, daging kambing diberi kuah berbumbu yang kaya akan rempah, dimasak sebentar sehingga sedikit asat dan bumbu meresap, ditambah potongan kubis. Saya mendapat saran dari teman saya kalau kesini harap mencoba kicik. Kicik bentuknya hampir sama dengan tongseng tetapi dengan kuah lebih sedikit, sehingga bumbu lebih meresap ke daging, tetapi pada saat saya kesana tidak sempat memesan itu, saya lagi ngidam Sate Klathak.

Menikmati sate klathak bersama teman-teman (dokumentasi pribadi)

Sate Klathak, Kuah Gulai, Nasi Panas, Teh Gula Batu, kombinasi sempurna (dokumentasi pribadi)

Beberapa menit kami menunggu, pesanan kami pun datang. Seporsi Sate Klathak terdiri dari dua tusuk sate dan kuah gulai. Pesanlah juga nasi panas dan teh panas gula batu, Sate Klathak memang paling cocok ditemani dengan dua hal itu. Cara memakannya juga cukup sederhana, tuangkan kuah gulai keatas nasi panas, lalu makan nasi panas dan satenya. Dagingnya sangat empuk, tidak prengus terasa gurih, bumbu yang sangat minimalis membuat rasa dagingnya menjadi highlight dari panganan ini. Ukuran dagingnya juga cukup besar, makan 2 tusuk saja sudah membuat perut kenyang. Teh panas gula batu dalam wadah blirik menambah syahdunya menyantap sate klathak. Kalau boleh menyarankan, datanglah kesini pada malam hari dan ajaklah teman-teman anda, suasananya terasa sangat nyaman, lesehan atau duduk sama saja, everything just feels so right. Nikmat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline