Lihat ke Halaman Asli

Hati yang Terluka

Diperbarui: 2 Oktober 2022   12:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Buuuu..." Riana berteriak sehingga mengejutkan ibunya yang lagi memasak di dapur. " Ada apa ???" Tanya ibu yang bingung melihat Riana histeris dan menangis". " Ayah nya Reyhan beneran kawin lagi" ucap Riena dengan terbata-bata sambil menangis. " berarti aku tak punya ayah lagi ya ma?" Pertanyaan Reyhan sentak mengejutkan Riana.

Riana hanya menjawab "ya" dengan lemah dan perasaan hancur. Hubungan Riana dengan suaminya akhir-akhir ini boleh dibilang sudah masuk ke tarap gawat darurat. Mereka saling diam mendiamkan. Komunikasi terputus. Entah sudah berapa kali Ayahnya Reyhan mau minta pisah. 

Dengan alasan dia tak bekerja dan tak mampu jadi suami dan ayah yang baik. Tapi Riana memutuskan untuk bertahan. Riana berpikir ini adalah ujian baginya disaat suaminya kekurangan. 

Tapi ternyata pikirannya salah. Di saat kondisi tak bekerja pun seorang lelaki masih bisa melabuhkan hatinya untuk wanita lain. hal inilah yang tak bisa diterima oleh Riana. Hatinya hancur berkeping-keping. 

                                                ***

Dengan tanpa pikir panjang Riena memutuskan untuk kembali ke rumah orang tuanya. Tapi diperjalanan mertuanya memohon untuk memberi kesempatan lagi, demi  anak-anaknya. Hari Riena kembali mengalah. Meskipun berbagai luka telah dia terima. Riana mencoba untuk mengalah. Demi kata "ayah" bagi anak-anaknya.

Tapi sepanjang hari, luka Riana tak kunjung pulih. Puncaknya saat Riana jatuh pingsan. Dia tak sanggup lagi memikul beban. Baik beban kehidupan sebagai pencari nafkah. Ditambah hancurnya perasaan dan hubungan yang memang tak bisa dipertahankan." 

Aku mau pulang....anak-anak aku bawa" jawab Riana ketika seorang perawat depan rumah yang memeriksa kesehatannya. Melihat keadaan Riana yang sudah tidak baik. 

Badannya sehat tapi dia sepertinya defresi. membuat perawat itu memutuskan mengabulkan permintaan. Riana. "Ayo saya bantu berkemas"Perawat tersebut menenangkan Riana. 

Sementara di pekarangan samping terdengar Kaka ipar Riana berteriak-teriak" kalau mau pergi seharusnya anak ditinggal. Satu-satu ". Riana tak menghiraukan itu lagi. Riana takkan meninggalkan anak-anaknya disini. 

Di rumah mertua yang dia tinggal berpuluh tahun. Serumah dengan mertua.  Dengan suami yang tak bekerja dan saat itu pergi entah kemana. Bagaimana dia mau berpikir meninggalkan anak-anaknya disini. Pergilah Riana dengan sejuta luka. 

                                          ***




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline