Lihat ke Halaman Asli

Andai Ada Waktu

Diperbarui: 13 September 2022   19:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Cuaca yang gerimis,membuat Bu Riana bersegera berangkat ke sekolah tempatnya mengajar.  Dibelakang motornya anak laki-lakinya duduk dengan tenangnya. Diperjalanan Bu Riana larut dalam khayalan. 

Setelah sempat melihat status Wa temannya pagi tadi. Keinginan seorang ibu ingin anaknya mondok. Hati Bu Riana pun larut dalam kesedihan. Tapi dia harus bangkit kembali. 

Dia berkeinginan,sangat berkeinginan seperti orang lain. Tapi ada hal yang tak.mampu ia wujudkan, karena sesuatu hal yang mungkin hanya Bu Riana yang tahu. Serta sedikit orang yang mengerti. Kembali Bu Riana seperti biasa,menguatkan hatinya. "Ini jalanku, setiap orang punya jalannya masing-masing" Ucap Bu Riana dalam hati. 

Di Khayalan Bu Riyana muncullah impian. Aku mungkin takkan mampu seperti yang lain,tapi apa aku punya kesempatan memberikan anakku pendidikan yang terbaik. 

Seandainya saja ruangan disamping yang baru dibangun selesai. Mungkinkah beranda depan bisa dijadikan tempat buat belajar anak-anak. Bukan hanya diajari mengaji seperti biasanya. Seperti yang biasa Bu Riana Lakukan sehabis Maghrib. 

Seandainya ada waktu di sore hari, dengan bermodal papan tulis dan meja lesehan. Anak-anak komplek bisa belajar bacaan-bacaan sholat dan wudhu. Bahkan mungkin belajar  sifat dua puluh sebagai dasar tauhid. 

Bukan hanya sekedar belajar membac Al-Qur'an. Tapi juga menulisnya. Mengajar anak orang  lain sekaligus mengajar anak sendiri. Khayalan Bu Riana terhenti karena dia sudah sampai ditempatnya bekerja. Sudah banyak anak-anak didiknya datang ke sekolah. Termasuk anaknya sendiri. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline