Universitas Gadjah Mada (UGM) merupakan salah satu perguruan tinggi negeri favorit yang menjadi incaran para lulusan SMA dari berbagai daerah selain Universitas Indonesia (UI), Universitas Padjadjaran (Unpad), Universitas Brawijaya (UB), maupun Universitas Diponegoro (Undip).
Perguruan tinggi negeri yang berlokasi di Yogyakarta ini baru saja viral di media sosial karena mengeluarkan kebijakan yang tidak biasa: pelarangan para dosen 'killer' di lingkungan perkuliahan.
Di antara PTN yang tersebar dari seluruh Indonesia, mungkin baru UGM yang mengeluarkan keputusan tersebut. Namun, perlu diketahui bahwa keputusan tersebut disahkan bukan tanpa alasan.
Menurut Wakil Rektor bidang Pendidikan dan Pengajaran UGM, Prof. Wening Udasmoro, keputusan ini didasari atas keinginan UGM untuk memperhatikan kesehatan mental mahasiswa sehingga potensi bunuh diri yang akhir-akhir ini sedang membanjiri jagat maya tersebut dapat ditekan.
Dosen killer: salah satu tipe dosen yang tidak disukai dalam perkuliahan
Di setiap universitas, tepatnya di masing-masing program studi (prodi), mahasiswa biasanya menemui dosen-dosen yang beragam kepribadiannya. Ada yang friendly, biasa saja, sepuh, bahkan ada yang killer.
Dosen yang friendly biasanya paling disukai mahasiswa, terutama saat mengajar, memberikan penugasan, maupun bimbingan proposal penelitian (sempro).
Dosen ini biasanya suka diajak bercanda layaknya kepada teman sesama mahasiswa dan gaya penyampaian materi yang digunakan cukup menarik sehingga materi yang disampaikan dosen dapat diterima oleh semua mahasiswa.
Biasanya, dosen yang friendly terhadap mahasiswa merupakan dosen yang masih berusia sangat muda (antara umur 30-40 tahun, bahkan ada yang menginjak usia 50).
Namun, perlu digaris bawahi, seorang dosen yang ramah bukan berarti dosen itu santai atau tidak memberikan tugas sama sekali, layaknya dosen pada umumnya.