Belajar itu tidak boleh main-main, tidak boleh berisik. Itulah nasehat yang saya terima dari salah seorang guru ketika baru pertama kali mengajar di salah satu Sekolah Dasar dekat rumah tinggal saya, sebelum akhirnya saya tinggalkan setelah 7 bulan mengabdi disana, dan pindah mengajar di sebuah madrasah setingkat SMP, yang kebetulan merupakan almamater saya. Mungkin guru tersebut merasa terganggu, karena kebetulan pada saat itu saya bersama anak-anak sedang belajar mengenal angka dalam bahasa Inggris melalui permainan.
Kegiatannya adalah ketika saya mengucapkan angka dalam bahasa inggris, maka anak-anak harus membentuk kelompok dengan jumlah siswa sesuai dengan angka yang saya sebutkan. Tentu saja karena mereka panik takut tidak masuk kelompok dan mendapatkan hukuman harus bernyayi didepan kelas, mereka akan sedikit gaduh. Belum lagi ada anak yang belum hafal angka dalam bahasa Inggris yang hanya terdiam saja dan menunggu dipanggil atau ditarik oleh temannya dalam kelompok yang kebetulan masih kekurangan anggota kelompok. Waktu itu yang saya pikirkan yang penting mereka senang dan mau belajar dengan saya.
Kegembiraan adalah hal yang harus kita utamakan dalam kegiatan belajar mengajar. Untuk mendapatkan kegembiraan itu bisa kita dapatkan salah satunya melalui permainan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang kita inginkan.
Memang benar. Belajar itu mesti serius. Tapi serius bukan berarti harus diam, harus kaku dan penuh larangan. Serius itu bukan berarti anak-anak harus duduk dengan rapi dan mendengarkan ceramah dari guru.
Sejumlah ahli pendidikan mengatakan bahwa ketika anak bermain, sebetulnya anak itu sedang mempelajari banyak hal, dan dengan bermain juga bisa menumbuhkan sikap dan karakter. Maka sebaiknya dalam menyampaikan suatu materi dalam pelajaran dengan cara meminta anak untuk bermain.
Melakukan proses pembelajaran dikombinasikan dengan permainan bukanlah hal yang mudah bagi seorang guru, diperlukan sebuah konsep yang matang, agar permainan itu tidaklah sekedar bermain, tetapi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran dan tentunya sanagat diperlukan kemempuan guru untuk memilih materi yang bisa dilakukan melalui kegiatan bermain.
Aturan pemerintah ataupun undang-undang yang ada sekarang masih membelenggu kreatifitas guru dalam mengeksplorasi dirinya dan lingkungan dengan sebebas-bebasnya. Karena guru di sekolah masih terkendala dengan administrasi yang seabreg ditambah lagi dengan harus mengejar ketuntasan materi,bukan ketuntasan belajar. Ketika kita sudah fokus pada ketuntasan menyampaikan materi, maka kualitas pembelajaran kadang-kadang sering kita abaikan.
Cosby dan Sawyer menyatakan bahwa permainan secara langsung mempengaruhi seluruh area perkembangan anak dengan memberikan kesempatan bagi anak untuk belajar tentang dirinya, orang lain, dan lingkungannya. Permainan memberikan kebebasan untuk berimajinasi, menggali potensi diri atau bakat, dan untuk berkreativitas. Motivasi bermain anak-anak muncul dari dalam mereka sendiri; mereka bermainuntuk menikmati aktivitas mereka, untuk merasakan bahwa mereka mampu,dan untuk menyempurnakan apa saja yang telah ia dapat baik yang telah mereka ketahui sebelumnya atau hal-hal baru.
Apapun bentuk permainan yang kita sajikan kepada anak, hendaknya permainan itu bisa diikuti oleh seluruh siswa dan akan tambah seru apabila kita ikut terlibat didalamnya. Permainan itu sendiri bisa berupa permainan tradisional ataupun permainan masa kini. Ketika kita memilki materi yang tidak bisa dibuat dalam bentuk permainan, ya jangan dipaksakan juga, biarlah kita mengajar dengan alami.
Ada beberapa Kelebihan ketika belajar sambil bermain dilakukan, antara lain: bisa membuat siswa jadi senang dan bersemangat dalam belajar, siswa belajar tanpa gangguan emosi negatif dan bergairah, tiada tekanan karena proses bermain terjadi secara terbuka dan spontan, berusaha untuk menang sehingga siswa termotivasi dan hal ini dapat memberi dampak kepada peningkatan hasil belajar, dan dapat membantu siswa mengingat konsep secara tidak langsung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H