Lihat ke Halaman Asli

Ruba Nurzaman

Teacher Trainer Writer

Kesadaran Diri dan Kemampuan Berselancar untuk Menempuh "Second Curve"

Diperbarui: 24 Maret 2018   13:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesadaran adalah keadaan seseorang di mana ia tahu atau mengerti dengan jelas apa yang ada dalam pikirannya. Sedangkan pikiran bisa diartikan dalam banyak makna, seperti ingatan, hasil berpikir, akal, gagasan ataupun maksud atau niat.

Menurut Carl G Jung, kesadaran terdiri dari 3 sistem yang saling berhubungan yaitu kesadaran atau biasa disebut ego, ketidasadaran pribadi (personal unconsciousness) dan ketidaksadaran kolektif (collective unconscious).

Kesadaran-diri merupakan bagian dari intelegensi/kecerdasan seseorang yang sangat berpengaruh dalam dirinya. Apabila seseorang sudah memiliki kesadaran diri dalam hidupnya tentu saja ini sangat membantu orang tersebut untuk bisa berselancar diatas gelombang perubahan yang menunjukkan gejala dan kecenderungan yang makin kompleks dan chaos.

Tujuan dari kesadaran diri ini diharapkan seseorang bisa sadar sesadarnya  untuk memperdalam dan mengokohkan kesadaran dirinya (self-conscicousnes) sehingga bisa berlanjut menuju ke kesadaran kolektif (collcetive consciousnes) dan kesadaran akan sistem nilai. Sehingga sadar akan pentingnya nilai Teologis (Ketuhanan) yang membuat seseorang sadar akan kewajibannya terhadap sang pencipta, sadar akan hal-hal yang di sunnahkan dan diharamkan serta dimakruhkan oleh Allah SWT. Selain nilai Teologis diperlukan pula kita sadar akan Nilai fisiologis yang bisa memaksimalkan diri dan menjaga fisik kita dalam menjalani kehidupan dan beribadah kepada-Nya.

Nilai Logis diperlukan agar kita mampu berfikir, memahami dan mengingat sebagai dasar untuk berbuat, dan bertindak. Nilai Etis membantu kita dalam berperilaku dengan akhlak yang sekarang sudah banyak yang meninggalkannya. Nilai estetis diperlukan untuk menganyam ketidakteraturan kesemrawutan dalam hidup menuju sesuatu yang indah, harmonis dan teratur untuk menjauhkan diri dan menghadang kompleksitas kesemrawutan dan chaos. Yang terakhir adalah nilai Teleologis yang berguna agar kita memiliki nilai manfaat bagi diri kita dan orang lain bahkan mahluk yang lain serta lingkungannya.

 Untuk bisa berselancar dalam kehidpuan yang cenderung kompleks menuju chaos agar bisa mengendalikan gelombang sehingga menuju paradigma baru yang lebih baik pada second curve maka diperlukan tools yakni melalui proses belajar yang mana inti dari belajar itu adalah berfikir, sehingga memahami berbagai gaya berfikir dalam belajar sangat diperlukan untuk dikuasai agar bisa menyatukan  antara berfikir rasional/intelektual, emosional, dan spiritual.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline