Ujian ataupun ulangan memang penting untuk mengukur ketercapaian dalam proses pembelajaran. Namun keberadaanya tetap diperlukan, hanya cara menempatkannya saja yang perlu kita pertimbangkan lagi agar anak tidak merasa terbebani. Dalam prosesnya, ulangan tidak perlu harus berupa soal yang dibuat sebelumnya oleh guru. Namun tetap saja kita sebagai guru tidak bisa melihat prestasi anak hanya dengan melihat hasil akhir tanpa mempertimbangkan proses pembelajaran yang sebelumnya mereka ikuti.
Beberapa tahun terakhir, secara bertahap, saya mulai mengubah model ulangan yang biasanya berupa soal yang harus dikerjakan oleh siswa baik itu berbentuk multiple choice ataupun essay. Fakta dari ulangan yang saya berikan sebelumnya ketika memberikan soal, selalu saja menemukan siswa yang mencontek, terutama melihat jawaban temanya.
Untuk mensiasati kecurangan/mencontek yang biasanya dilakukan oleh siswa, beberapa cara yang sudah saya lakukan sebelum akhirnya saya memutuskan untuk membuat ulangan yang dirasakan anak tidak sedang mengerjakan/menjawab soal.
5-10 Detik Untuk 1 Soal
Ulangan tipe ini, waktu untuk mengerjakan soal dibatasi hanya 5-10 detik saja untuk tiap soal.biasanya saya membacakan soal yang sifatnya pengetahuan, saya menyampaikan penjelasan atau penerapan dalam kehidupan sehari-hari dari sebuah konsep, kemudian siswa hanya menjawab konsep apa yang sudah saya sampaikan atau saya ilustrasikan. Keunggulan dari tipe soal ulangan ini sedikit kemungkinan bagi siswa untuk melihat buku ataupun melihat jawaban temannya. Tapi meskipun demikian masih saja saya menemukan satu atau dua orang yang dalam setiap kelas yang sempat melihat jawaban temannya. Hal ini biasanya bisa terlihat pada saat menjawab soal tersebut pandangannya kearah jawaban temannya, atau apabila tidak terlihat saya suka mengecek dari hasil jawabannya baik yang sama persis jawabannya atau ada jawaban yang salah dan keduanya memilki kesalahan yang sama kemudian saya lakukan klarifikasi kepada yang bersangkutan dan biasanya diakui oleh siswa.
Efektif untuk ulangan yang sifatnya dadakan, untuk melihat atau menemukan siswa yang rajin belajar mandiri di rumahnya. Terkadang saya menyelipkan satu atau dua soal dari materi atau bab berikutnya yang belum dipelajari bersama di kelas. Ketika ada siswa yang mampu menjawab soal seperti itu, tentu ada perhatian khusus dari saya untuk siswa tersebut. Kelemahan dari tipe ulangan ini adalah kreatifitas siswa tidak terlihat. Sulit untuk soal hitungan, kalaupun mau ada soal hitungan, tentu memerlukan waktu yang lebih panjang. Lebih banyak mengevaluasi tipe soal pada ranah kognitif dan sangat sedikit untuk ranah afektif dan psikomotor, bahkan mungkin saja kedua ranah ini tidak tersentuh.
Bertukar Soal
Untuk tipe ulangan seperti ini, yang saya lakukan adalah meminta kepada setiap siswa untuk membuat 5 sampai 10 soal kemudian secara acak siswa dipasangkan dan saling bertukar soal untuk dikerjakan dalam waktu yang sudah ditentukan. Kelemahan dari bentuk ulangan seperti ini adalah soal yang dibuat tidak terkontrol baik dari segi kualitas maupun tingkat kesulitan soalnya, sehingga setiap siswa tidak mendapatkan kualitas dan tingkat kualitas soal yang sama.
Membuat Soal Sendiri
Pada saat ulangan, siswa membuat soal sendiri untuk dikerjakan sendiri. kelemahannya hampir sama dengan yang dilakukan dengan bertukar soal. Namun kelebihannya kita bisa melihat ketercapaian kompetensi yang sudah dimiliki oleh siswa, ini tercermin dari soal yang dibuat dan dikerjakannya. Siswa bisa mengukur kemampuannya dirinya sendiri sampai sejauh mana kemampuannya dalam memahami materi tersebut. Kelemahannya ada beberapa siswa yang secara kompetensi memiliki kemampuan yang lebih dari yang lainnya, namun mengalami kesulitan dalam kemampuan membuat soal yang kualitasnya lebih dari yang lainnya, sehingga terlihat sama seperti siswa pada umumnya.
Open Book