Lihat ke Halaman Asli

Sulistiyo Kadam

Pemerhati ekonomi, interaksi manusia, dan kebijakan publik

Sewa Bus di Bali Hanya dengan Rp 3.500,-

Diperbarui: 24 Juni 2015   20:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13549354661874340023

Siapa tak suka Bali, Pulau Dewata dengan sejuta kesenangan yang ditawarkan. Mau pantai, laut, danau, sungai, atau budaya semua ada. Tak harus berkantong tebal, berbekal dompet tipis pun jadi. Cuman bagi budget traveller, ada satu hal yang cukup merepotkan di Bali. Transportasi massal yang murah dan nyaman.

Memang sih tersedia motor yang bisa disewa seharian penuh hanya dengan lima puluh ribuan saja. Tapi bagaimana dengan traveller keluarga. Motor bukan pilihan yang tepat. Pilihan satu-satunya ya sewa mobil dengan merogoh kocek lima ratus ribuan per hari. Cukup menguras kantong. Tunggu dulu, di Bali bisa kok menyewa kendaraan dengan harga murah. Seperti yang saya alami beberapa waktu yang lalu, 'menyewa' satu buah bus berkapasitas sampai 30 orang hanya dengan Rp 3.500,-.

Sore itu saat bersepeda di kawasan Nusa Dua, saya menemukan halte bus dengan bentuk yang biasa digunakan busway di berbagai kota di Indonesia. Dari petugas di sana, saya mendapat informasi kalau halte tersebut digunakan oleh armada Sarbagita yang dikelola oleh pemerintah daerah setempat. Sarbagita adalah busway yang melayani rute dari Batu Bulan ke Nusa Dua. Daerah yang dilewati mencakup area Denpasar-Badung-Gianyar-Tabanan yang kemudian menjadi akronim Sarbagita. Armada ini sepertinya ditujukan untuk menopang mobilitas wisatawan di Bali dengan jadwal kedatangan setiap 15 menit.

[caption id="attachment_220242" align="aligncenter" width="600" caption="Keren kan? (foto : baliwonderful.com)"][/caption]

Malam harinya saya cek Google Maps dan mendapati bahwa rute Sarbagita dari Nusa Dua ke Batu Bulan akan melewati daerah sekitar Kuta. Pilihan transportasi yang menyenangkan untuk keluar dari Nusa Dua yang tenang ke Kuta yang hingar bingar.

Esoknya saat keluar dari area Bali Collection, saya segera menuju halte Sarbagita. Waktu itu pukul delpan malam. Di tengah jalan tampak satu bus berjalan meninggalkan halte. Kuatir juga karena bisa jadi itu adalah bis terakhir. Beruntung saat sampai di halte satu bus lagi datang.

Informasi dari awak bus cukup mengejutkan. Bus yang sedang mangkal tidak lagi mengangkut penumpang karena akan langsung menuju Batu Bulan. Namun dengan sedikit beramah tamah, saya akhirnya diperbolehkan menumpang bus sampai kawasan terdekat Kuta. Hasilnya di sepanjang jalan hanya saya seorang penumpang yang ada. Tapi tentu saja tidak gratis. Layaknya penumpang yang lain saya ditarik ongkos Rp3.500,- sesuai tarif resmi.  Bisa dibayangkan, hanya dengan ongkos segitu saya bisa menikmati bus AC nyaman ditambah layanan guide dari awak bus. Hmmmm jarang-jarang ni.

Kondektur bus, seorang gadis berumur duapuluhan, sebut saja Dara, bercerita tentang Sarbagita termasuk cashflow yang sehari-hari dia tangani. Menurut Dara, dalam 1 hari setoran bervariasi dari 150 ribu sampai 550ribu. Tergantung penumpang. Yang paling sering adalah antara 150 ribu sampai 250 ribu, seperti malam itu yang baru terkumpul sekitar 150 ribu. Iseng saya bertanya berapa biaya minyak yang dikeluarkan per hari. Dengan enteng Dara menjawab Rp600ribu. Gubrak!

Dengan pemasukan Rp150 ribu dan pengeluaran minyak saja sebesar Rp 600 ribu berarti 1 armada defisit Rp450 ribu. Kalau sehari defisitnya segitu gede, berarti Sarbagita harus disubsidi untuk minyak saja sebesar Rp 13,5 juta sebulan atau 162 juta setahun. Kalau ada 10 armada dengan pola pemasukan serupa berarti subsidi minyak untuk Sarbagita adalah sebesar 1,6 miliar setahun. Waduh cukup besar apalagi ini belum termasuk gaji awak bus, staf kantor, dan biaya operasional lainnya. Padahal kalau dipikir-pikir potensi penumpang di Bali sangat banyak.

Menurut pihak Angkasa Pura I, jumlah penumpang yang datang dan berangkat dari Bandara Ngurah Rai di Bali dalam kondisi normal dapat mencapai 35 ribu penumpang. Lima persen saja dari mereka menggunakan Sarbagita maka potensi penumpang adalah sebanyak 1.750 orang. Kalau saja 1.750 orang ini menggunakan Sarbagita untuk 1 kali perjalanan per hari potensi pendapatan yang bisa didapat adalah Rp 6,125 juta. Jumlah angka yang lebih besar dari total biaya subsidi minyak untuk 10 armada bus per hari sebesar Rp 4,5 juta.

Asumsi ini katakanlah telah memasukkan jumlah masyarakat Bali sendiri yang juga memanfaatkan Sarbagita untuk mobilitas. Namun demikian penggunaan asumsi 5% dari jumlah pengunjung ke Bali sebagai dasar perhitungan calon penumpang potensial harus memperhitungkan faktor bahwa Sarbagita telah dikenal oleh para calon wisatawan sebagai salah satu moda transportasi yang nyaman di Bali.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline