Lihat ke Halaman Asli

Rantau 1 Muara, Sebuah Bacaan-Paket-Lengkap (Sebuah Resensi)

Diperbarui: 24 Juni 2015   12:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1371078127910258092

[caption id="attachment_267474" align="alignleft" width="318" caption="Taken from Goodreads.com"][/caption] Rantau 1 Muara bercerita tentang Alif Fikri, seorang anak rantau yang menualangi kehidupannya dengan tidak biasa. Menjadi mahasiswa jurusan Hubungan Internasional di Universitas Padjadjaran tidak lantas membuat Alif menerbitkan cita untuk menjadi diplomat. Minat dan bakatnya di bidang penulisan membawanya menyusuri lika-liku kehidupan jurnalistik tanah air, selepas meraih gelar sarjananya--yang kemudian membawanya pada penemuan cinta sejati. Uniknya, Alif bukan tipikal yang mainstream, yang senang bertahan di zona nyaman. Ia menantang dirinya dengan benturan kehidupan, dengan memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang master. Tidak tanggung-tanggung, Alif berusaha keras mendapatkan beasiswa di Amerika hingga mengabaikan sejenak persoalan hatinya. Dan Amerika menjadi rantauan penuh aral--namun sarat ibrah--berlikutnya. Tapi kesulitan dan kemudahan selalu didampingkan Tuhan sebagaimana janji-Nya. Di tengah kesulitan memenuhi biaya kuliah dengan bekerja paruh waktu di benua asing, Alif bisa memiliki keluarga baru yang tulus melimpahinya dengan kasih sayang. Setelah setahun berada di Amerika, Alif segera teringat pada gadis yang telah berhasil mengalihkan perhatiannya dari rasa patah hatinya di masa lalu. Ia pun bertekad mempersunting gadis yang telah membuatnya terpesona pada pandangan pertama itu, Dinara. Jurnalis cantik dan cerdas berpandangan modern yang tidak lain adalah partner kerjanya saat masih bekerja di media terkemuka ibukota. Mempersunting Dinara pun bukannya tanpa rintangan. Alif harus diperhadapkan dengan kerasnya watak ayah gadis itu. Setelah menikah dan kembali menjalani kehidupan di Amerika, kehidupan pahit-manis pun selalu menyertai Alif. Dan, pada akhirnya, peristiwa demi peristiwa mengejutkan membuat Alif harus mengemukakan pertanyaan terbesar tentang kehidupannya: apa yang sebenarnya ditujunya? Ke mana ia harus memuarakan perantauannya? Rantau 1 Muara adalah salah satu novel paling ditunggu tahun ini. Kesuksesan pendahulu-pendahulunya (Negeri 5 Menara & Ranah 3 Warna) telah mengejawantahkan Ahmad Fuadi sebagai penulis papan atas tanah air yang karyanya layak dinantikan. Menghadirkan warna yang meneruskan dua buku pendahulunya, tidak lantas menjadikan Rantau 1 Muara bisa dipandang biasa-biasa saja. Mantra Man Sara Ala Darbi Washala (Barangsiapa yang berjalan di jalannya akan sampai di tujuan)yang menjadi highlight di novel ini telah berhasil menjadi penutup yang manis trilogi Negeri 5 Menara ini. Moto ini kemudian terurai dalam cerita yang bergulir ringan namun padat esensi. Dikemas dengan gaya khas Ahmad Fuadi yang lembut, hangat, bersahaja, namun berenergi, Rantau 1 Muara berhasil mengemukakan kisah-paket-lengkap ini dengan menggetarkan. Pembaca akan merasakan beragam emosi berkecamuk saat menikmati alurnya yang cepat. Haru, bangga, tergelitik, marah, sedih, dan bahagia akan berganti mengisi ruang imaji pembaca saat membuka lembar demi lembar Rantau 1 Muara. Tidak saja berbicara tentang ambisi-ambisi anak manusia, dan usaha keras untuk mewujudkannya demi pembaikan taraf hidup, Rantau 1 Muara juga mengisahkan kehidupan sosial yang mudah kita temui sehari-hari, nuansa persahabatan yang hangat, hingga persoalan cinta yang membuat berbunga-bunga. Dan kesemuanya itu diramu dengan pelajaran-pelajaran hidup yang estetis dibaca. Alif sebagai tokoh utama ditampilkan sangat manusiawi, tidak flawless. Alif yang berwatak relijius tidak disucikan dari pikiran-pikiran bangga dalam dirinya, sehingga ada masa di mana antagonistik hadir dalam Alif. Hal-hal seperti ini membuat perwatakan tokoh-tokoh Rantau 1 Muara tampak hidup, karena sangat membumi. Diwarnai dengan kalimat-kalimat inspiratif dan motivatif, Rantau 1 Muara tampil sebagai bacaan ringan yang tidak saja menghibur dengan alur ceritanya atau nilai estetika naratif-nya, tetapi juga membekaskan nilai-nilai kontemplatif pembangkit motivasi dalam mengejar mimpi dan menjalani hidup dengan ketundukan penuh pada Sang Agung. Rantau dalam Rantau 1 Muara memiliki esensi yang dalam. Tidak sekadar berjalan di muka bumi untuk memetik rezeki yang disebarkan Tuhan, tetapi juga mengarungi kehidupan untuk menemukan nilai hakiki dari penciptaan kehidupan: Pengabdian dalam Ketaatan. Rantau 1 Muara mengajarkan tentang keteguhan dan kemantapan hati dalam memilih tujuan hidup, bersungguh-sungguh menjalaninya, dan memuarakan diri pada capaian tertinggi: Keridhaan Sang Pemilik Jiwa. Sebuah bacaan wajib yang jangan sampai dilewatkan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline