Lihat ke Halaman Asli

Mamik Rosita

Dosen, Supervisor, Praktisi Pendidikan

Siapa dan Bagaimana Kita?

Diperbarui: 21 Oktober 2021   04:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa kali bahkan sering sekali kita dapati dalam keseharian, baik di lingkungan sekitar maupun di dalam komunikasi kerja, orang- orang yang menampakkan kesombongan dan kekuasaannya ketika menduduki jabatan tertentu. Ada yang memang sejak sebelum menduduki jabatan sudah seperti itu, namun ada pula yang saat menduduki jabatan lantas berubah seperti itu. 

Ketika banyak orang di sekitarnya berupaya mendekati dan menarik simpatinya untuk mendapatkan keuntungan tertentu, dia lantas berubah menjadi berbeda. Yang dahulu saat menjadi pegawai biasa dia ramah dan melayani, namun ketika menjadi pejabat lantas berubah angkuh dan sombong. 

Kemana- mana dihormati dan dielukan menjadikannya memiliki gengsi tersendiri untuk sekedar menyapa atau membalas pesan temannya.Bahkan tak jarang penguasa atau pekawab yang bertindak seenaknya, mendholimi orang lain tanpa memikirkan dampak dan akibatnya.  Ada yang melakukan itu karena balas dendam, karena dulu pernah tersakiti oleh seseorang lantas ketika dia berkuasa, lalu menggunakan kekuasaannya untuk membalas sakit hatinya. Ada juga yang memang bertindak dholim tanpa memperhatikan rasa sakit yang dialami orang lain akibat perbuatannya.

Mungkin mereka tidak menyadari, bahwa jabatan dan kekuasaan itu hanya sementara. Semua yang ada di dunia ini pada hakekatnya adalah pinjaman sementara, akan saling bergantian memiliki dan menguasai. Mungkin juga mereka yang sedang "mabuk" dengan kekuasaannya tidak pernah melihat ke sekeliling, mereka tidak pernah tahu bagaimana rasanya seorang mantan pejabat yang sudah purna tugas.

Sering penulis mendapatkan keluhan dari orang- orang yang pernah menjabat, lantas harus lengser atau purna jabatan. Betapa nelongso hatinya. Saat mereka masih berkuasa, semua tunduk, hormat dan mengelukannya, tidak ada yang berani menjawab titahnya. Namun saat sudah purna, siapa yang akan mau tunduk, hormat, patuh dan mengelukan dia? Jangankan mengunjungi atau menyapanya, mengingat saja tidak. 

Bahkan, bisa jadi malah orang lain akan membanding- bandingkan kejelekan kita dengan penguasa atau pejabat- pejabat sebelumnya. Jika kita adalah pejabat yang dholim dan sering menyakiti orang karena jabatan kita, malah orang lain akan bersorak saat kita sudah lengser, bahkan bisa jadi mereka akan senang dan tertawa kegirangan saat kita mengalami musibah atau keburukan. Karena mereka sudah tidak membutuhkan kita, tidak ada yang bisa mereka harapkan dari kita uang sudah tidak memiliki keiasaan apa- apa.

Lantas jika sudah demikian, apa yang tersisa? Yang tersisa adalah kebaikan- kebaikan yang kita lakukan kepada mereka. Lalu bagaimana jika kita tidak pernah melakukan kebaikan kepada mereka? Apakah masih ada yang patut dikenang?? Ketahuilah, terkadang meskipun kita sudah banyak melakukan kebaikan saat menjabat saja mereka akan melupakan karena mereka akan fokus dengan penguasa yang baru, apalagi jika kita tidak pernah melakukan kebaikan apapun.

Ingat sobat...kekuasaan dan jabatanmu hanya sementara, cepat atau lambat akan berganti pemilik. So sebelum itu semua terjadi, manfaatkan waktu yang tersisa dengan banyak berbuat baik kepada orang lain. Tugas kita melayani, bukan semen- mena dan menghakimi. Bukan pula minta dihormati..

Salam refleksi diri...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline