Lihat ke Halaman Asli

Abdullah Almuklish

komisaris PT Hara Hita Wisesa

Rekayasa Pakem

Diperbarui: 24 Juni 2015   18:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Astina sudah seminggu ini terus menerus di guyur hujan, dan tak pelak banjir mun menyusup hingga Tumaritis termasuk kediaman para Punakawan. Rumah mereka mendapat kunjungan banjir hingga setinggi  dada, apa boleh buat ya ngungsi lagi.

Banjir kok langganan, mending langganan Koran atau majalah, bosen lah  begini terus". Gerutu Bagong sambil ngangkat tivi supaya tidak terendam dan ikut berenang

Ya ini kan sudah sabda alam, siapa yang merusak pasti akan ikut rusak, hutan di babat dijadikan villa, sungai ditimbuni oleh sampah, bukan siapa-siapa ya tapi kita ini, lha wong kita yang berbuat,kita juga yang menuai hasilnya musibah ini kan memang sudah rutin satu periode kekuasaan alias lima tahunan". Petruk yang ikut nimbrung yang juga sedang mempersiapkan diri untuk membantu proses evakuasi warganya.

Musibah kok rutin tho ?,mana ada yang namanya musibah itu rutin, negeri yang aneh, kenapa kita selalu melakukan pembiaran sama yang namanya kerusakan, kenapa? Kenapa ?. gaya lebay Gareng memperkeruh suasana.

Lengleng ramya ningkang sasangka kumenyar, mangrenggo rum ing puri,

Mangkin tanpa siring, haleb ingkang umah, mas lewir murub ing langit,

Tekawan sarwa manik, tawingnya sinawung, sasa sekar sinuji,

Ungwan Banowati, yang amren alangen lan nata Duryudana.

Babe Semar tiba-tiba murwa dari atas genteng, anak-anaku semua ini adalah asal muasal dari semua kejadian, yang mana kejadian ini adalah rekayasa sejak berabad-abad lamanya. Bahkan sebelum peradaban manusia ada, ini adalah sebuah ketetapan.

Di perdaban manapun semua ini selalu terjadi , semua anak adam mengalaminya dan harus mengalaminya, sekali lagi bukan  soal kebenaran hitam atau putih, karena sudah garisNya kita mesti saling menumpahkan darah,  Habil dan Qobil adalah mulanya, Kurawa dan Pandawa berikutnya, Perang dunia satu dua adalah pengingat bahwa kita manusia akan selalu dan harus seperti itu.

Generasi Tua yang tidak pernah mau di suksesi itu juga sudah kodratNya, kamu lihat bagaimana Bharatayudha Yang tetap menyisakan Pandawa, tidak Gatot kaca atau Abimanyu semuanya sengaja dimusnahkan dalam Bharata Yudha.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline