Lihat ke Halaman Asli

Abdullah Almuklish

komisaris PT Hara Hita Wisesa

Kandang Roboh

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Suing,brak gedubrak,keok,keok,keok,petok,petok suara gaduh membuncah di awal pagi yang hening di desa Tumaritis, suara itu bukan suara rudal nyasar Israel-Palestina,bukan juga suara tembakan AK-47 milik pejuang di libya, suara itu bersumber dari belakang rumah babe Semar.

Mendadak semua anak-anak semar terbangun dari tidurnya dan dengan refleks berlarian berhamburan keluar rumah, dengan spontan Bagong pun berteriak panik, gempa!!!!!! gempa!!!!!. Maka seisi kampung pun menjadi panik dan  berhamburan keluar diringi suara kentongan  tanda peringatan dimana-mana.

Detik-detik berganti,matahari sedikit mencondongkan dirinya sendiri, tungu punya tunggu gempa yang di takuti semua penduduk ternyata tidak terjadi, Bagong yang sudah hitam dan bau kambing pun menjadi kambing hitam dan menjadi bulan-bulanan warga kampung Tumaritis. Oalah Gong kalo bikin perkara mbo yao jangan pagi-pagi apalagi weeken" gerutu warga kepada Bagong bin Semar.

Mangkanya tho Gong klo bikin statment itu dianalisa, diselikidiki, di timbang-timbang, asas praduga tak bersalah, ben ra salah, gara-gara kamu mimpiku ketemu bidadari ora jadi karena ono gempa dari lambemu, wer ndower " Petruk pun menyalahkan saudaranya itu.

Klo pake metode itu semua tersangka koruptor di Astina ini yo sudah sampe thailand tho, sampean ini mestinya terimakasih karo aku, lha klo beneran terjadi kan sampean selamet,met,met,met" Bagong membela diri.

Wes ra usah berantem, kamu ini kok kaya anggota DPR negara tetangga, pagi-pagi sudah ngeributin yang gak penting, please deh jangan kaya wakilnya rakyat itu lho" suara Gareng mencoba menegahi sodara-sodaranya.

Tapi aku memang mendegar suara-suara mengerikan itu,  seperti ada yang roboh, tapi ono opo, gempa bukan, limbuk jatuh pun bukan, babe Semar kaga ade dirumah karena sedang tugas dengan Bima ikut KTT, jadi suara apa tho????? " seru Petruk yang mencoba menelaah, meneliti, menyelikidiki denga asas praduga tak bersalah.

Dan seisi rumah pun digeledah, dari depan, dalem,samping kanan, samping kiri,kamar mandi semuanya di geledah, pun sampailah mereka di belakang rumah dimana sumber bunyi ternyata dari tempat ini. Ternyata kandang ayamnya roboh.

Ealah lah dalah iki tho yang terjadi, kandang ayam kesayangan ku roboh, padahal lebih dari tiga puluh tahun berdiri, ternyata roboh di makan rayap"  Bagong meratapi robohnya kandang ayamnya.

Sudahlah Gong jangan diratapi yang rusak ya rusak, yang roboh ya roboh, memang sudah semestinya, Soal ayamu yang menjadi korban, ya sudah ntar beli ayam lagi dipasar, soal roboh ya wajar tho, rayap itu ada dimana-mana, kayunya juga sudah lapuk, apalagi sekarang cuaca hujan, semua penyebabnya logis". Gareng mencoba menenangkan adiknya itu.

Masih untung kandangmu itu roboh karena rayap, coba kamu bandingin di negara tetangga kita itu, jembatan bisa roboh, lebih parah, bukan hanya rayap, ada tikus, ular dan sebangsanya yang menggerogoti jembatan negara tetangga kita itu, manusia yang jadi korban, please deh ah jangan lebay, cuek aja seperti kelakuan birokrat negara tetangga kita itu lho" Petruk  yang njeplak karena kesal gak jadi ketemu bidadari.

Dan pagi pun kembali hening di Tumaritis.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline