Lihat ke Halaman Asli

Abdullah Almuklish

komisaris PT Hara Hita Wisesa

Hembusan Angin Depan Istana

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Brrrrrrrrrrmmmmmm,nging,nguing,nging,nguing,suara mobil sirene dari departemen pertahanan Astina membelah Tumaritis pagi ini, Astina sedang buang hajat besar lagi kali ini, setelah acara olah raga se region Astina,yang membawa astina menjadi juara umum,yang dampaknya tidak membawa dampak apa-apa bagi perkembangan olah raga di negara semerawut ini. Atlet tetap sengsara official menimbun emas itulah realitas.

Apapun yang terjadi buang hajat kali ini adalah prioritas nomer satu karena yang kebelet egh punya hajat  adalah orang nomer satu di kerajaan ini, ini bukan lagi soal resepsi berkali-kali Arjuna sang plaboy yang selalu menguras uang rakyat.

Pemerintahan boleh berganti,rezim boleh berubah tapi tabiatnya sama saja, rakus, korup dan perilaku borjuis adalah mental siapapun sama saja, entah itu Louis atau Bonaparte,entah itu raja idris atau kadafi,entah itu,itu atau itu  semua sama aja.

Yudhistira  mantu adalah sebuah episentrum dari pembuktian bahwa rezim manapun yang berkuasa kotoranya pun sama saja. Lihat itu tentara Astina sedang sweeping di bawah komando  Bima, setiap jalan yang akan di lalui mesti steril,bebas kuman kecil seperti kita-kita ini. Ini membuktikan bahwa pesta pora ini bukan digelar untuk rakyat paling jelata di negeri ini.

Kurawa atau Pandawa semuanya sama saja!!!!!. uhuk, uhuk,uhuk, Sengkuni tua menghabisi opininya dengan batuk TBC yang kambuh.

Sudahlah Sengkuni, sampean itu jangan status quo, kamu, aku adalah pola pikir masa lalu, semua yang kita yakini dulu, soal kesatria, kebenaran, hitam atau putih, sudah gak sesuai lagi di jaman yang pondasinya materialis ini, jama kita dulu itu sudah mencapai tingkat filsafat yang metafisika. dijaman ini pemikiran -pemikiranmu itu semua dianggap takahayul, mitos, ideologimu,ideologiku cuma dinding rumah jompo ini yang mengamininya, selebihnya  akan mati bersama jasad kita. ucap Semar sambil mengusap punggung Sengkuni.

Saya yakin Semar, saya yakin bahwa setiap zaman pasti akan menghadapi kematianya sendiri. ucap Sengkuni kepada Semar di teras rumah Jompo Tumaritis depan istana tempat Yudhistira mantu.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline