Lihat ke Halaman Asli

Icha NurOctavianissa

Mahasiswa/Riset Bahasa dan Sastra Indonesia/Universitas Pendidikan Indonesia

Program Diseminasi Teknologi dan Inovasi Kolaborasi UPI dan UNINDRA: Realisasikan Target SDG's Nomor 8

Diperbarui: 23 September 2024   11:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Pribadi 1. Pelaksanaan Program

Indramayu, Jawa Barat (2/8)- Pengrajin Daluang dan masyarakat di Desa Cikedung Lor, Indramayu mendapat angin segar dengan adanya kegiatan pelatihan yang diselenggarakan oleh tim dalam Program Diseminasi Teknologi dan Inovasi (PDTI) 2024. Tim program diseminasi tersebut diketuai oleh Prof. Dr. Yulianeta, M.Pd., bersama dengan anggota tim yaitu. Prof. Dr. Dadang Sunendar, M.Hum., Prof. Dr. Tri Indri Hardini, M.Pd., Dr. Halimah, M. Pd., Dr. Lili Adi Wibowo, S.Sos, S.Pd., MM., dan Dr. Agung Zainal Muttakin Raden, M.Ds. Beberapa mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia turut terlibat dalam program diseminasi tersebut yaitu Mohammad Wildan Rohmatan Lilalamin, Icha Nur Octavianissa, Chandra Wijoto, dan Ahmad Ramdhan Akhyarulrijal, dari prodi Bahasa dan Sastra Indonesia.

Program tersebut melibatkan salah satu mitra usaha pengrajin daluang, yaitu Yayasan Surya Pringga Dermayu, yang didirikan oleh alm. Ki Tarka Sutarahardja. Yayasan tersebut telah lama berkiprah dalam bidang pelestarian manuskrip kuno sejak tahun 1995. Kini, Yayasan tersebut dijalankan oleh Sri Tanjung Tarka. Misi utama mereka ialah menjadikan manuskrip kuno sebagai warisan budaya yang perlu dilestarikan untuk mengembangkan potensi masyarakat. Hal tersebut selaras dengan tujuan tim program untuk memberdayakan masyarakat dan para pengrajin daluang dengan membuat program "Strategi Pemberdayaan Masyarakat: Penguatan Keterampilan Kreatif Pengrajin Kertas Daluang".

 Program tersebut membawa ide cemerlang untuk pemberdayaan masyarakat lewat strategi penguatan keterampilan kreatif bagi para pengrajin kertas daluang. Kegiatan tersebut dilaksanakan untuk meningkatkan keterampilan kreatif dan ekonomi masyarakat setempat, serta melestarikan tradisi pembuatan kertas daluang. Masyarakat setempat diberikan materi mengenai naskah tradisional, alih wahana naskah, hingga pengembangan ekonomi kreatif. Pelaksanaan kegiatan tersebut telah direncanakan melalui tiga tahap.

Pada tanggal (2/8) sebagai tahap pertama, masyarakat diajak untuk berlatih dan berdiskusi mengenai produksi kertas daluang yang masih terbatas. Pelatihan tersebut disampaikan oleh Sri Tanjung Sugiarti Tarka, S.Hum., yang menyampaikan pelestarian kertas daluang. Selanjutnya, Prof. Dr. Yulianeta, M.Pd. dan Dr. Agung Zainal Muttakin Raden memimpin diskusi untuk menggali potensi para pengrajin daluang di Indramayu.

Membuat kertas daluang bukanlah hal yang mudah, apalagi pembuatannya tidak menggunakan mesin seperti industri kertas. Proses pembuatan kertas daluang membutuhkan ketelatenan dan kreatifitas dari pembuatnya. Namun, kertas daluang memiliki nilai budaya dan ekonomi yang tinggi, mengingat proses pembuatannya sudah dilakukan orang zaman dulu yang saat ini sudah jarang diproduksi kembali.

Kertas tradisional daluang bukan terbuat dari serat pohon selulosa seperti kertas pada umumnya. Kertas daluang terbuat dari serat pohon Saeh (dalam bahasa Sunda), dipilih karena serat pohon saeh dikenal sangat kuat dan tahan lama. Serat pohon Saeh biasanya digunakan untuk membuat naskah kuno dan wayang beber pada abad ke-9. Sementara di zaman ke sekarang, serat pohon Saeh lebih sering digunakan untuk produksi industri tekstil untuk pakaian. Pohon saeh banyak dibudidayakan oleh masyarakat Asia Timur, termasuk Indonesia.

Dokumentasi Pribadi 2. Proses pembuatan  kertas daluang

Di hari berikutnya, (3/8) dilaksanakan pengenalan naskah kuno dan alih wahana naskah lewat inovasi digital sebagai tahap kedua yang dipaparkan oleh Prof. Yulianeta, M.Pd. Uniknya, pada kegiatan tersebut dibuka dengan sejumlah pertunjukan puisi lisan tradisional seperti Sinom, Dangdanggula, dan Asmaranda yang dibawakan oleh Ki Lebe Warki dan Tarjaya. Kegiatan di hari ke dua dibuat dengan konsep balutan warisan budaya.

Pada kesempatan tersebut Dr. Agung Zainal Muttakin Raden, M.Ds. memutarkan film animasi pendek berupa hasil alih wahana naskah kuno ke format visual digital yang disadur dari kearifan lokal di Aceh. Pelatihan tersebut dilaksanakan agar masyarakat dapat melestarikan naskah-naskah kuno lewat bantuan teknologi. Hal tersebut sengaja disampaikan karena salah satu inovasi dari melestarikan dan mempertahankan kebudayaan ialah dengan melibatkan bantuan teknologi supaya dapat diakses dengan mudah oleh generasi masa kini.

Pengenalan kegiatan alih wahana tersebut sangat penting mengingat generasi sekarang lebih dekat dengan penggunaan teknologi. Salah satu cara untuk tetap bisa eksis mengenalkan naskah kuno kepada generasi muda bisa lewat alih wahana berupa animasi, komik, maupun lagu anak yang mengisahkan mengenai alur cerita dari naskah kuno.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline