Langit biru terbentang di luar jendela pesawat, terlihat tenang dan kosong. Awan-awan tipis melayang tanpa arah, sama seperti pikirannya saat ini. Di balik suara samar mesin pesawat yang monoton, Zara menatap kosong, tenggelam dalam heningnya perjalanan di ketinggian ribuan meter. Namun, pikiran itu datang tanpa diminta, membawanya kembali ke masa lalu.
5 tahun yang lalu....
Zara berdiri gelisah di depan pintu kamarnya. Ia bisa mendengar suara ibunya yang sedang berbicara dengan nada tinggi di ruang keluarga.
"Bagaimana bisa nilaimu turun sedrastis ini, Zara? Apa yang sebenarnya kamu lakukan di sekolah?" suara ibunya terdengar marah.
Zara menggigit bibirnya. Ia tahu cepat atau lambat hal ini akan terjadi. Nilai-nilainya memang menurun tajam semester ini. Bukan karena ia malas belajar, tapi karena Zara mulai mempertanyakan arti kesuksesan yang selama ini ditanamkan oleh keluarganya.
Dengan mengumpulkan keberanian, Zara melangkah keluar kamar menuju ruang keluarga. Di sana, kedua orang tuanya duduk dengan wajah muram. Di meja, rapor Zara terbuka menampilkan deretan nilai yang jauh dari memuaskan.
"Zara, jelaskan pada kami apa yang terjadi," ucap ayahnya dengan nada tegas.
Zara menarik nafas dalam-dalam sebelum menjawab, "Aku... aku hanya berpikir, apa arti sukses sebenarnya? Apakah hanya diukur dari nilai di sekolah?"
Matanya menatapku tajam. Zara bisa merasakan kemarahan yang terpancar dari tatapan ibunya.
"Apa maksudmu bicara seperti itu? Tentu saja nilai itu penting! Bagaimana kamu bisa masuk universitas bagus kalau nilaimu seperti ini?" ucap ibunya.