Lihat ke Halaman Asli

eMMC dalam Smartphone: Stagnasi Teknologi di Tengah Harapan Konsumen

Diperbarui: 24 November 2024   13:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: https://shorturl.at/1VU0b

Setahun kebelakang, UFS (Universal Flash Storage) sudah menjadi fitur standar yang diharapkan konsumen pada smartphone di rentang harga 2 juta rupiah ke atas. Fenomena ini telah mengubah ekspektasi pasar, sehingga ketika ada produsen yang masih menggunakan eMMC (embedded Multi-Media Controller) pada harga tersebut, timbul kritik yang signifikan. Sebagai contoh, Realme pada Seri C67-nya.

Perbedaan performa menjadi alasan utama mengapa eMMC dianggap tertinggal. eMMC memiliki kecepatan baca-tulis yang jauh lebih lambat dibandingkan UFS, yang dapat menyebabkan lambatnya loading aplikasi dan perpindahan antar aplikasi yang tidak mulus. Pada smartphone harga 2 juta ke atas, konsumen tentu mengharapkan performa yang lebih baik, terutama dalam hal kecepatan aplikasi dan multitasking.

Dari sisi ekspektasi harga, konsumen merasa bahwa di rentang harga 2 juta ke atas, mereka seharusnya mendapatkan teknologi penyimpanan yang lebih modern. UFS sudah menjadi standar di kelas mid-range, sehingga penggunaan eMMC dianggap sebagai langkah mundur. Ditambah lagi, eMMC cenderung memiliki daya tahan yang lebih rendah, yang berarti smartphone mungkin akan mengalami penurunan performa lebih cepat seiring berjalannya waktu.

Dalam penggunaan sehari-hari, dengan semakin besarnya ukuran aplikasi dan file media, penyimpanan eMMC dapat menjadi hal yang menghambat. Pengguna mungkin mengalami lag saat menjalankan aplikasi berat atau saat mengakses file besar.

Hal ini semakin diperparah dengan fakta bahwa banyak merek lain menawarkan UFS pada rentang harga yang sama atau bahkan lebih rendah, yang meningkatkan harapan konsumen terhadap performa yang lebih baik dari smartphone di kelas harga tersebut.

Sebagai contoh nyata, Itel telah berhasil menghadirkan UFS dalam smartphone mereka dengan harga kurang dari 1,5 juta rupiah, seperti yang terlihat pada model Itel S23 dan Itel P55 5G. Kehadiran UFS di rentang harga yang lebih rendah ini semakin mempertegas bahwa eMMC sudah tidak relevan untuk smartphone di atas 2 juta rupiah.

Kontroversi seputar penggunaan eMMC pada smartphone harga 2 juta ke atas, seperti yang terjadi pada Realme C67, mencerminkan harapan konsumen akan teknologi yang lebih maju. Konsumen mengharapkan adanya peningkatan teknologi seiring dengan kenaikan harga, dan penggunaan eMMC dianggap sebagai stagnasi teknologi yang tidak dapat diterima di kelas harga tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline