Lihat ke Halaman Asli

Rumi Silitonga

Teacher and Writer

Alaminya Tangkuban Perahu, Moderennya Farm House

Diperbarui: 23 Februari 2017   18:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen pribadi

Serba serbi Bandung sampai soerabi
Bandung selalu saja memesona. Sebaiknya berangkat pagi-pagi sekali menuju kota kembang ini, sehingga udara sejuk lagi segar masih sangat terasa.

Bersama Yansen, Erni, Mona, Ida, Noah dan Jessica, tentunya saya juga serta menembus pagi buta menuju Bandung. Dengan transportasi publik menuju kota berhawa sejuk ini juga sangatlah mudah, sebab Bandung adalah daerah yang ramah transportasi- alias mudah dijangkau.

Jam 8 pagi kami tiba di Bandung dan langsung menuju destinasi wisata pertama. Adalah Tangkuban Perahu tempat yang kami putuskan untuk disambangi. Tertera di loket pembayaran jam operasional dari jam tujuh pagi sampai jam lima sore. Sebentar kami berhenti untuk membayar tiket masuk. Senin sampai Jumat, Rp.20.000/ orang dan Hari besar, termasuk Sabtu dan Minggu Rp.30.000/ orang dan kendaraan pribadi Rp.35.000.

Sejak memasuki gerbang lokasi wisata banyak pedagang masker mulai menjajakan masker. Masih sangat terjangkau, harga yang ditawarkan saat itu Rp.10.000 untuk tiga masker. Beberapa meter sebelum benar-benar sampai ke areal Tangkuban Perahu harus sudah mengenakan masker sebab aroma belerang yang sangat tajam. Pesona alam yang asri akan memanjakan mata kita sampai kita tiba di Tangkuban Perahu.

Daya tarik wisata Tangkuban Perahu yang berlokasi di Lembang ini memang sangat memesona. Gunung Tangkuban Perahu adalah wisata dengan suhu alam gunung, maka tak heran suhu udaranya terbilang ekstrim di mana pagi hari mencapai 17°C dan siapa nyana malam hari sampai minus.

Mengunjunginya tak akan menyesal sebab kawasan ini merupakan kawasan pegunungan terbaik dengan hutan yang masih sangat terjaga keasrian dan kelestarian hutannya. Meskipun terbilang gunung aktif tapi dinyatakan tidak berbahaya, artinya layak dikunjungi wisatawan. Maka tak heran banyak pengunjung yang memasukkan wisata alam ini dalam daftar destinasi wisatanya.

Usahakan tiba pagi hari sehingga tidak sulit untuk mencari parkiran kendaraan. Benar saja kami tiba pada waktu yang pas. Belum terlalu banyak orang. Awalnya hanya kaos dan celana pendek- sudah terlalu panas di Jakarta kami merasa yakin bisa menahan suhu yang super dingin. Yansen mencoba ke luar dari mobil teebih dahulu lalu segera kembali untuk melaporkan suhu udara, "Gak salah kostum kalian? Ini aseli dingin." Setengah tidak percaya namun Yansen yang tidak kurus saja mengatakan suhunya dingin, apalagi kami. Tangan kami langsung bergerak lincah mengambil baju, kaos dan sweater yang ada, yang bisa dipakai untuk segera ke luar mencicipi udara pegunungan. Ggrrr.......dingin bingitss!

Lima menit pertama kami sungguh tersiksa dengan dinginnya udara yang sampai ke tulang- tulang....ggrr.....untuk berbicara juga butuh perjuangan. Sebaiknya pembaca yang ingin melipir ke lokasi ini jangan lupa memakai kostum setebal mungkin plus sarung tangan.

Tepat di hadapan kami ada kawah yang meski tak nampak belerang tetap saja aromanya sangat menusuk, bisa jadi dari dua kawah lainnya. Di areal ini terdapat tiga kawah yang sudah berumur puluhan ribu tahun. Kami persis berada di tengah lokasi wisata, kami dapat dengan mudah menjelajah dan menyisir sisi kiri dan kanan.

Saya pandangi kawah kosong yang sangat dalam. Lekuk-lekuk garid kawah tampak jelas. Siapa yang dapat "mengukir'' seindah itu jika bukan Tuhan.

Kami menjelajah ke sisi kanan terlebih dahulu tampak bukit yang menjulang tinggi ditutupi pepohonan. Dari foto tampak dekat, sesampainya di sana begitu jauh dari jangkauan. Ada jalan setapk yang dapat mengantar kita ke sana, namun apa daya kami hanya memandanginya saja sari ketinggian kurang lebih 10 meter. Di lokasi ini setiap sudut juga menjajakan keindahan yang tak kalah elok. Benar-benar memanjakan mata. Meski sudah mengenakan pakaian berlapis tetap saja masih kurang akibatnya kami sering gemetar. Ggrr....

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline