Lihat ke Halaman Asli

Riski Rosalie

Listen, Keep, Write it Down

Panitia Perempuan di Divisi Keamanan dan Perlengkapan, Mengapa Tidak?

Diperbarui: 11 April 2021   18:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

www.unsplash.com (Sergio Rodriguez - Portugues del Olmo)

Semasa mengenyam dunia perkuliahan ada banyak hal yang saya dapati. Salah satunya adalah dunia organisasi. Ya, mahasiswa lekat dengan kegiatan berorganisasi, walau hanya sebagian kecil saja. 

Saya dulu cukup sering mengikuti kegiatan berorganisasi dan kegiatan kepanitiaan di kampus ataupun di luar kampus. Baik itu akademik, juga yang non akademik pernah saya ikuti. Selain untuk menambah portofolio, saya juga menggemari kegiatan-kegiatan tersebut. Mempelajari keterampilan baru, bertemu orang baru, menghadapi persoalan serta menyelesaikannya hingga mencapai target acara. 

Bukan hanya sekedar di posisi yang aman-aman saja yang dulu saya masuki. Saya pernah berada di kepanitiaan sejumlah acara, yang notabene berada di divisi yang berlabelkan maskulinitas. Divisi tersebut adalah divisi keamanan dan divisi perlengkapan. 

Dalam kepanitiaan ada sejumlah divisi yang memiliki label maskulin, di antaranya adalah keamanan dan perlengkapan. Ada juga divisi dokumentasi dan publikasi, meski kadar kesan maskulin divisi tersebut tidaklah tinggi seperti pada keamanan dan perlengkapan. Sedangkan divisi yang sering dianggap sebagai divisi dengan label feminin, yakni divisi konsumsi dan kesehatan/pertolongan pertama. Padahal kedua divisi tersebut juga memerlukan tenaga yang kuat untuk loading barang ataupun mengangkat orang yang sakit. 

Untungnya saya berada di lingkungan kampus yang inklusivitasnya tinggi. Ketika ada panitia perempuan di divisi keamanan ataupun perlengkapan tidak ada buah bibir yang menganggap itu sebagai hal yang tidak lazim. Begitupun ketika ada laki-laki yang menjadi panitia di divisi konsumsi ataupun pertolongan pertama. Seksisme tidak berlaku di dunia perkuliahan saya. 

Tentu angkatan saya bukanlah yang pertama yang memperlihatkan penepisan seksisme ini. Angkatan di atas saya sudah lebih dulu memperlihatkan bagaimana seksisme bukanlah budaya dari kampus kami. Angkatan atas bisa memberi contoh dan inspirasi kepada angkatan di bawahnya bahwa senioritas bukanlah budaya kami di sini, begitupun seksisme. Kita tidak dinilai pada apa diri kita, tapi apa kerja kita.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline