Agar tatap dapat bertahan Nissan dan Honda wajib merger. Photo:businesspulsecare.com
Gonjang ganjing dunia otomotif memang tidak pernah reda di tengah tengah gejolak ekonomi dan tren industri. Setelah pabrikan ternama Volkwagen bertekuk lutut di kandang sendiri dengan menutup sebagian produksinya, kini Nissan dan Honda diberitakan dalam tahap akhir merampungkan fase mergernya.
Merger Nissan dan Honda ini merupakan saah satu strategi bertahan hidup di dunia industri otomotif yang tingkat persaingannya semakin keras. Dengan melakukan merrer ini, maka hasil merger nya diharapkan akan merupakan fabrikan otomotif terbesar ketiga di dunia. Sebagai informasi dunia otomatif pengausa pangsa pasar terbesar adalah Toyota di posisi pertama dan Volkwagen di posisi kedua.
Dari informasi yang dibuka ke publik, merger ini akan di realisasikan di tahun 2025 dan akan memiliki nilai sebesar US$79,9 milyar. Secara operasional perusahaan hasil merger ini akan berdiri dipertengahan tahun 2026.
Mengapa Merger menjadi Keharusan?
Guna mendapat gambaran betapa ketatnya persingan dalam dunia otomotif untuk meraih pangsa pasa dan tetap bertahan hidup, ternyata Nissan tidak hanya merger dengan Honda saja namun juga bekerja sama erat dengan Renault dan Mitsubishi untuk mengasai pangsa pasar mobil kecil untuk meningkatkan daya saingnya melawan dominasi Toyota dan Volkwagen.
Suka tidak suka Toyota memang harus diakui masih sebagai pemain utama di dalam dunia otomitif. Toyota di tahun 2023 dalam mengukuhkan reputasinya juga menjalin kemitraan dengan Mazda dan Subaru dan berhasil menjual 11,5 juta kendaraan di tahun 2023, sedangkan jika Nissan, Honda, dan Mitsubishi bergabung, mereka akan memproduksi sekitar 8 juta kendaraan dengan rincian Honda memproduksi 4 juta dan Nissan memproduksi 3,4 juta. Mitsubishi Motors memproduksi lebih dari 1 juta.
Dari sisi strategi pemasaran peran Honda memang tampaknya lebih dominan dalam merger ini, karena Honda merupakan produsen modil terbesar kedua di Jepang dan dianggap dapat menyelamatkan Nissan yang berusaha bangkit kembali dari keterpurukannya akibat terterpa badai skandal yang terjadi di tahun 2018 yang melibatkan CEO nya Carlos Ghosn.
Perusahaan otomotif Jepang ditinjau dari teknologinya memang tertinggal jika dibandingkan dengan pesaingnya dari Tiongkok dalam pengembangan mobil listrik yang kini mulai mengalami pertumbuhan siknifikan dan menguasai dunia.
Oleh sebab itu kerjasama antara Nissan, Honda dan Mitsibisihi dimaksudkan untuk mengurangi gap ini sekaligus meningkatkan daya saing utamanya dalam hal pengembangan teknologi kendaraan listrik. Sementara itu dari Nissan, Honda akan mengembangkan SUV besar seperti truk.
Munculnya Tiongkok sebagai pesaing utama dunia teknologi listrik memang cukup mengejutkan Jepang dan juga dunia, sehingga walaupun Nissan memiliki pengalaman mengembangkan baterai dan kendaraan listrik dan juga Honda yang juga mengembangkan kendaraan listrik, tampaknya di pasaran belum dapat menyaingi mobil listrik buatan Tiongkok yang memiliki teknologi canggih namun harga produknya yang lebih murah dari modil listrik buatan Jepang.