Saat ini mungkin sebagian besar dari kita mungkin sudah melupakan mantan presiden Amerika Jimmy Carter yang ini usianya 100 tahun, namun bagi rakyat Palestina Jimmy Carter merupakan presiden Amerika dipandang penting yang dengan berbagai kebijakannya berperan besar dalam pejuangan kebebasan Palestina. Mantan presiden Amerika ini memang tercatat teguh dalam memegang komitmennya pada martabat dan mendukung penentuan nasib sendiri rakyat Palestina.
Masih sangat jelas dalam ingatan saya ketika Jimmy Carter maju dalam pemilihan presiden Amerika dengan label sebagai "petani kacang tanah" dengan pandangan politik dan kebijakan yang ditawarkan serta kesederhanaannya akhirnya memenangkan pemilihan presiden Amerika.
Jika dilihat dari sepak terjang presiden Amerika ke 39 ini, kita tentunya akan dapat menemukan rekam jejaknya yang secara lugas memperjuangkan perdamaian dan martabat manusia baik di Amerika maupun di dunia internasional.
Jimmy Carter memiliki kepercayaan yang sangat kuat bahwa kemerdekaan rakyat Palestina merupakan kunci untuk membangun masa depan rakyat Palestina yang berakar pada perdamaian dan keadilan.
Dalam catatan sejarah Jimmy Carter walaupun gagal di perjanjian Oslo dalam mewujudkan negara Palestina yang merdeka, namun semangat dan nilai perdamaian yang ditanamkannya mengakar dan menjadi pelajaran bagai dunia internasional bahwa pemecahan masalah konflik Palestina dan Israel hanya dapat diselesaikan melalui perdamaian bukan sebaliknya.
Di tahun 1996 Jimmy Carter menyaksikan bagaimana untuk pertama kalinya rakyat Palestina memilih pemimpin. Kehadiran dan peran Jimmy Carter dalam pemilihan pimpinan rakyat Palestina ini memberikan secercah harapan akan masa depan yang lebih cerah. Jimmy Carter juga mendengar dan memperhatikan kesulitan rakyat Palestina akibat terbentangnya tembok pemisah yang mempersulit kehidupan rakyat Palestina di tepi barat tanpa menghakimi. Pada 2005 Jimmy Carter kembali hadir dan menyaksikan pemilihan presiden Palestina yang ketika itu Mahmoud Abbas dari Fatah terpilih sebagai pimpinan Palestina.
Pada tahun 2006, mantan presiden Amerika ini menerbitkan buku yang berjudul Palestine: Peace Not Apartheid yang menghebohkan Amerika. Di dalam buku ini Jimmy Carter menuangkan pandangan dan prinsipnya bahwa tidak akan ada perdamaian di kawasan ini tanpa dilandasi oleh kebebasan dan penegakan martabat rakyat Palestina.
Jimmy carter di dalam bukunya juga menulis keperduliannya akan Israel sekaligus berpendapat bahwa rakyat Palestina bukanlah musuh Israel. Walaupun kelak Jimmy Carter mendapat kritikan pedas di Amerika atas terbitnya buku ini, namun dirinya tidak pernah menyerah dalam menyerukan kebenaran terkait realitas yang dihadapi oleh rakyat Palestina yang butuh keadilan.
Ketika menjabat sebagai presiden Amerika, Jimmy Carter mencoba membuka jalan perdamaian abadi. Walaupun dirinya tidak berhasil dalam mengamankan penentuan nasib sendiri ralyat Palestina, namun selama periode pemerintahannya di tahun 1977-1981 Jimmy Carter terus berusaha pantang menyerah memperjuangkan perdamaian Patestina dan Israel dengan cara terus mencari jalan dan memanfaatkan setiap kemungkinan untuk memujudkan perdamaian ini dan juga perdamian di kawasan Timur Tengah.
Jimmy Carter menyakini bahwa perjuangan rayat Palestina dalam menentukan nasib sendiri bukan hanya sekedar masalah politik semata, namun juga terkait masalah moral. Oleh sebab itu, secara moral Amerika memiliki tanggung jawab dalam mewujudkan perdamaian di kawasan Timur Tengah.