Lihat ke Halaman Asli

Ronny Rachman Noor

TERVERIFIKASI

Geneticist

Pelajaran Berharga dari Krisis Finansial Australia National University

Diperbarui: 5 Oktober 2024   17:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Australian National University , universitas papan atas dunia yang mengalami krisis finansial. Photo: ABC 

Jika kita berbicara universitas di Australia maka Australian National  University (ANU) merupakan universitas papan atas yang jika dilhat rangkingnya yang menduduki peringkat 30 terbaik dunia sekaligus merupakan salah satu universitas terbaik di Australia. Namun nama besar saja tampaknya belum menjamin kelangsungan hidup universitas top dunia ini karena tahun ini ANU terpaksa harus melakukan PHK karena keuangannya mengalami defisit paling tidak sebesar  Rp 2.108.385.762.000,-.

Dalam mengatasi krisis keungan ini tidak ada jalan lain bagi ANU selain melakukan pemutusan hubungan kerja dan memangkas  pengeluaran dan langka lainnya agar paling tidak keuangannya lebih sehat, karena jika hal ini tidak dilakukan maka ANU masuk kategori tidak layak lagi secara finansial.

Di masa jayanya ANU merupaan salah satu tujuan studi mahasiswa dari berbagai negara termasuk Indonesia, sehingga jumlah mahasiwa internasionalnya merupakan  salah satu yang terbanyak di Australia.  Namun tampaknya kondisi ini sudah mulai berubah akibat kebijakan pemerintah Australia yang  mulai tahun ini membatasi jumlah mahasiswa internasional, meningkatnya biaya hdup dan juga melonjaknya   tuition fee yang sangat tinggi jika dibandingkan dengan periode sekitar 20 tahun yang lalu.

Kesulitan  universitas di Australia ini disamping disebabkan oleh menurunnya jumlah mahasiswa internasional, dukungan dinansial pemerintah juga berkurang, demikian juga menurunnya jumlah dana penelitian  yang membuat ruang gerak kegiatan akademik semakin sempit.

Dalam situasi seperti ini bagi ANU maupun universitas lainnya di Australia, restrukturisasi harus dilakukan ke arah universitas yang lebih kecil tapi efisien. Jika hal ini menjadi tren universitas di Australia untuk bertahan,  maka era keemasan pendidikan Australia yang berkualitas dan terjangkau menjadi kenangan masa lalu.

Jika dinalisis  lebih dalam lagi,  kini banyak universitas di Australia membuka cabangnya di berbagai negara termasuk  di Indonesia sebagai salah satu cara untuk mendapatkan income agar dapat bertahan.  Ke depan tampaknya pembukaan universitas cabang di luar Australia merupakan salah satu opsi yang akan banyak dipilih oleh  universitas Australia karena biaya operasionalnya lebih murah, sedangkan tuition fee nya  masih tergolong hampir sama dengan kuliah di universitas induk di Australia.

Defisit keuangan yang dialami oleh ANU ini terjadi karena pendapatannya tidak dapat menutupi pengeluarannya yang semakin membengkak. Sebagai gambaran data resmi yang dikeluarkan oleh ANU pada kurun waktu 2020-2023 fefisit yang dialaminya mencapai Rp. 4.216.771.524.000,-. Kesulitan yang dialami oleh ANU ini paling tidak menggambarkan bahwa walaupun perencanaan sudah dilakukan dengan baik namun pendapatan yang menurun drastis akibat pengaruh ekonomi   global membuat  krisis keuangan ini semakin akut.

Puncak dari kesulitan finansial  yang membelit universitas terkemuka Australia ini terjadi di tahun 2024 dimana defisit yang semula  diperkirakan hanya mencapai Rp. 632.515.728.600 namun pada kenyatannnya mencapai hampir empat kali lipatnya yaitu mencapai Rp. 2.108.385.762.000,- 

Menurut informasi yang dikeluarkan oleh pimpinan ANU untuk mengatasi krisis finansial  ini, pemangkasan  pengeluaran akan dilakukan secara drastis yang meliputi pemangkasan pengeluaran yang mencapai Rp. 1.581.289.321.500 dan gaji sebesar Rp. 1.054.192.881.000.

Pemangkasan ini tentunya berdampak langsung pada keberadaan program studi yang secara tradisional menjadi andalan dalam mengangkat reputasi ANU di tingkat internasional.  Sebagai contoh program studi tentang Indonesia (Indonesia Studies) yang pernah berjaya secara perlahan namun pasti akan hilang karena dianggap tidak lagi layak secara finansial.  Sehingga tidak heran pemutusan hubungan kerja tidak saja terjadi pada pegawai administrasi  saja namun juga pada staf pengajar,

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline