Lihat ke Halaman Asli

Ronny Rachman Noor

TERVERIFIKASI

Geneticist

Pelajaran Berharga Terpuruknya Industri Teh Sri Lanka

Diperbarui: 16 September 2024   06:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemetik teh di kebun teh Sri Lanka (Foto: RAINER KRACK/CPA MEDIA via DW INDONESIA via KOMPAS.com)

Dalam dunia industri teh, nama Sri Lanka tidaklah asing bagi dunia karena produksi tehnya yang menguasai dunia dan sebagian besar nama merek teh terkenal dunia seperti misalnya Dilmah tehnya berasal dari perkebunan teh di Sri Lanka.

Teh Sri Lanka yang dikenal dunia sebagai Ceylon tea yang mendunia adalah English Breakfast, English Afternoon, Irish Breakfast, Earl Grey, Lapsang Souchong, Spiced Masala, Rose and French Vanilla, Black tea with berries

Pemerintah kolonial Inggris memang sejak awal membangun Perkebunan teh dan mengeksploitasi pekerja perkebunan teh di Sri Lanka yang dikenal juga dengan sebutan dengan Ceylon ini kebanyakan dari etnis Tamil yang didatangkan dari India.

Salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas teh Sri Lanka ini adalah pekerja yang umumnya dituntut bekerja keras di tengah perkebunan yang terisolasi dengan upah rendah.

Data menunjukkan bahwa jumlah pekerja di industri teh ini mencapai 700.000 orang yang sebagian besar adalah wanita yang umumnya bekerja di perkebunan teh di wilayah Sri Lanka Tengah yang merupakan dataran tinggi yang diperlukan bagi teh untuk tumbuh dan menghasilkan aroma dan rasa yang khas.

Bagi Sri Lanka industri teh merupakan sektor andalan karena setiap tahunnya industri ini menghasilkan devisa sebesar US $ 1 milyar dan menyumbang 11% dari nilai ekspor negara ini dengan negara tujuan utama Australia. Pada tahun 2021 lalu Australia tercatat mengimpor teh dari Sri Lanka ini dengan nilai mencapai US$30 juta yaitu sekitar 33% dari produksi total teh Sri Lanka.

Pekerja teh Sri Lanka dihadapkan pada kerja berat dengan upah murah. Photo: Al Jazeera 

Pemicu terpuruknya industri teh

Kejayaan Industri teh Sri Lanka ini tampaknya sudah mulai memudar ketika sekitar 3 tahun lalu pemerintah melarang penggunaan pupuk kimia dan pestisida, yang menyebabkan produksi anjlok hingga 18 %. 

Disamping itu pemerintah juga mewajibkan kenaikan upah minimal bagi pekerja perkebunan teh sebesar 70% dari upah yang berlaku dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan pekerja.

Namun kombinasi kedua faktor ini justru memberikan tekanan yang sangat besar bagi kelangsungan industri perkebunan teh di Sri Lanka menghadapi reformasi yang dilakukan oleh pemerintah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline