Minggu ini pemerintah Thailand melunjurkan program sejenis bantuan langsung tunai yang dinamai "dompet digital". Tidak tangung tangung besaran dana yang digelontorkan oleh pemerintah mencapai US$ 21 milyar atau setara dengan Rp. 341.229.000.000.000.00. Diperkirakan sebanyak 50 juta masyarakat Thailand yang akan mendapatkan program dompet digital ini.
Apa bedanya dengan BLT di Indonesia?
Untuk mendapatkan dompet digital ini masyarakat Thailand harus mendaftar terlebih dulu dengan syarat umum usia minimal 16 tahun, tidak memiliki catatan kriminal, dan memenuhi syarat sebagai kelompok masyarakat yang berpenghasilan rendah. Warga yang memenuhi syarat ini akan mendapatkan dana bantuan sebesar Rp. 6.824580.00 untuk dibelanjakan terbatas pada bisnis lokal dan tidak diperkenankan dibelanjakan di ritel, swalayan dan grosir.
Disamping tempat belanja, masyarakat yang menerima dompet digital ini tidak diperkenankan membelanjakan uangnya untuk alkohol, tembakau, emas, bahan bakar minyak, dan peralatan listrik dan lainnya yang masuk dalam daftar 18 komoditas yang tidak boleh dibeli. Disamping itu pemilik usaha yang dapat berpartisipasi dalam program ini harus memenuhi persayaratan dan terdaftar sebagai pemilik usaha yang layak berpartisipasi dalam program.
Akankah berhasil mendongkak perekonomian?
Pemerintah Thailand dinilai terlalu ambisius karena menargetkan pertumbuhan pertumbuhan produk domestik bruto dari program ini karena dalam kenyataannya diperkirakan pertumbuhan PDB tidak akan mencapai pertubuhan sebesar ini.
Dari sisi ekonomi program dompet digital ini mungkin saja berdampak pada perekonomian dalam sesaat namun tantangan terbesar adalah pengengawalan dan pengawasan program ini karena jumlah warga yang terlibat sangat besar.
Program yang cukup kontroversil ini mendapat kritikan karena tujuan yang diharapkan dari program ini untuk memperbaiki perekonomian Thailand yang memburuk dinilai tidak akan berdampak banyak karena fundamental perekonomian yang rapuh bukan hanya sekedar peredaran uang.
Disamping itu diprediksi bahwa program ini tidak akan berkelanjutan dan jika tidak dilakukan dengan hati hati justru akan memperburuk perekonomian Thailand karena akan menghadapi tantangan besar terkait sumber dana yang harus disediakan kalau program ini berkelanjutan. Disamping itu tanpa perbaikan fundamental perekonomian, diperkirakan program ini akan menjadi program mercu suar semata yang tidak akan memperbaiki perekonomian secara siknifikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H