Indonesia sejak jaman kolonial terkenal sebagai salah satu negara penghasil rempah rempah dunia, namun pada kenyataanya raja rempah dunia bukanlah Indonesia melainkan India. Reputasi India sebagai raja rempah dunia memang tidak terbantahkan.
Saat ini India tercacat sebagai negara pengekspor rempah dunia yang memasok 12% pasar rempah glonal senilai US $ 4 milyar. Berbagai jenis rempah yang diekspor India meliputi bubuk cabai, jintan, kunyit, kapulaga, dan rempah-rempah campur. Disamping itu India juga tercatat sebagai pengekspor asafoetida, kunyit, adas manis, pala, cengkeh dan kayu manis.
Menurut menurut Spices Board of India, India mengekspor lebih dari 200 rempah-rempah dan produk bernilai tambah ke 180 negara, senilai $4 miliar. Pasar domestik rempah di India saja nilainya mencapai $10 miliar. Pangsa pasar rempah asal India yang terbesar adalah Tiongkok, Amerika, Bangladesh, UEA, Thailand, Malaysia, Indonesia, Inggris, Australia, Singapura, dan Hong Kong.
Namun akhir akhir ini keperkasaan India dalam mengusai pangsa pasar rempah dunia mulai goyang karena ditemukan kandungan bahan berbahaya yang ada di rempah asal India yang ditemukan di berbagai negara. Sebagai contoh bulan lalu, Singapura dan Hong Kong menghentikan penjualan beberapa rempah-rempah yang diproduksi oleh dua perusahaan India ternama yaitu MDH dan Everest.
Sebagai informasi MDH tercatat sebagai pengekspor rempah ini sudah beroperasi selama 105 tahun dan berbasis di New Delhi, sedangkan Everest sudah beroperasi selama 57 tahun. Kedua eksportir ini menghasilkan lebih dari 60 jenis rempah yang digunakan baik di India maupun diekspor ke lebih dari 80 negara.est karena dugaan adanya kadar etilen oksida dan pestisida penyebab kanker.
Penemuan zat berbahaya ini tidak saja terjadi di Singapura dan Hongkong, namun juga di Amerika. Kini Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) juga sedang menyelidiki produk dari dua merek populer tersebut yang berpotensi mengandung pestisida. Sejak tahun 2021 lalu rata-rata 14,5% pengiriman rempah-rempah kedua industri rempah india ini ditolak karena adanya bakteri yang berbahaya bagi kesehatan.
Kekhawatiran bahwa rempah asal India ini mengandung bahan pemicu kanker juga terjadi di Uni Eropa yang menemukan bahan pemicu kanker tersebut pada cabai bukuk dan merica asal India. Negara lain seperti Australia, Maladewa, Bangladesh juga sedang melakukan penyelidikan.
Uni Eropa (UE) juga menyampaikan kekhawatirannya dengan menemukan zat penyebab kanker yang sama pada sampel cabai dan merica dari India. Laporan mengatakan bahwa regulator pangan Maladewa, Bangladesh dan Australia juga telah meluncurkan penyelidikan.
Pada tahun 2014 lalu ketika ditemukannya timbal pada pewarna makanan pada rempah seperti cabai, jinten, bubuk kari, dan garam masala. Sebagai tindak lanjut dari penemuan ini pemerintah India menyita lebih dari 60 ton rempah palsu seperti bubuk cabai, kunyit dan ketumbar, serta acar masala.
Kekhawatiran akan adanya zat berbahaya pada rempah asal india ini memicu berbagai negara untuk melakukan analisa keamanan dan uji kualitas utamanya terkait dengan keberadaan dan penggunaan etilen oksida. FDA bahkan menyoroti secara khusus standar kebersihan fasilitas sanitasi, akomodasi, dan peralatan di pabrik rempah-rempah terkemuka di India. Hal yang sama dilakukan oleh Otoritas Keamanan dan Standar Pangan India (FSSAI) untuk melakukan berbagai uji terkait ada tidaknya zat berbahaya dalam rempah India.