Pemilihan presiden Amerika kini sudah di depan mata dan hanya tinggal dua kandidat yang muncul ke permukaan yaitu Joe Biden dan Donald Trump. Rematch ini bukan lagi menjadi ajang pemilihan presiden tetapi lebih mengarah ke referendum apakah rakyat Amerika menginginkan perubahan ekstrim seperti yang ditawarkan oleh Trump atau memelihara status quo versi Joe Biden.
Tidak dapat dipungkiri bahwa kinerja Joe Biden selama menjadi presiden baik dari sisi kebijakan dalam negeri dan luar negeri membuat Amerika menjadi terpuruk. Sebagai contoh upaya Joe Biden untuk mepermalukan Trump dengan cara membiarkan pengungsi dari Amerika latin masuk ke Amerika menjadi bumerang sekaligus masalah besar akibat membanjirnya pengungsi yang sudah pada tahap tidak dapat diatasi lagi, padalah di era Trump berhasil "mengunci" perbatasan dan pengungsi illegal dipulangkan ke negaranya.
Jargon Trump "Make Amerika Great Again" tampaknya akan diusung dan dipertegas kembali oleh Trump, karena Trump melihat bahwa hal inilah yang dibutuhkan oleh Amerika baik di dalam maupun di luar negeri untuk mengembalikan reputasi Amerika yang pernah menjadi negara superpower yang mengatur dan menentukan politik dunia.
Keinginan Trump jika terpilih menjadi presiden untuk mengubah dunia tampak jelas ketika Trump menyatakan bahwa dirinya akan mengakhiri perang di Ukraina dalam waktu satu hari saja. Demikian juga pernyataan Trump yang sangat keras kepada NATO bahwa Amerika tidak akan melindungi negara anggota NATO jika negeri tersebut tidak membayar iuran.
Bercermin dari tindakan yang dilakukan oleh Trump selama menjadi presiden, maka dapat dimengerti bahwa sekutu Amerika pantas harus was was, karena dalam politik luar negeri Trump selalu meletakkan kepentingan Amerika di atas kepentingan sekutunya.
Dapat diprediksi bahwa jika terpilih kembali menjadi presiden Trump akan mengambil langkah besar untuk menyelesaikan perang di Uraina dan juga konflik di Gaza. Disamping itu masalah hubungan Amerika dan Tiongkok, masalah perjanjian kapal selam nuklir AUKUS dengan Australia tampaknya juga akan mengalami perubahan ekstrim, kontradiksi dan bombastis.
Masalah dalam negeri dan luar negeri yang akan diselesaikan oleh Trump memang sangat mengena karena selama ini dititik titik inilah Joe Biden dan juga pimpinan dunia lainnya memiliki kelemahan, sehingga tidak heran rakyat Amerika menginginkan Trump kembali menyelesaikan masalah ini dengan gaya koboi nya.
Trump secara tegas mengatakan bahwa jika dirinya menjadi presiden maka perang Ukraina dan Rusia tidak akan terjadi dan tidak ada korban jiwa. Ucapan Trump ini bukan hanya skedar kata kata saja namun dibawah pengaruhnya partai Republik memblokir dana bantuan perang ke Urainia yang nilainya sangat fantastis.
Trump menganggap bahwa bantuan perang ke Ukraina ini merupakan tindakan yang keliru karena menguras dana yang seharusnya digunakan untuk keperluan dalam negeri dan Trump secara terbuka menyatakan bahwa presiden Ukraina adalah salesmen yang berhasil menguras dana Amerika. Trump menyatakan bahwa kalaupun ada bantuan maka harus dalam bentuk pinjaman yang harus dikembalikan seusai perang. Jika dirinya terpilih menjadi presiden lagi, Trump akan akan mengundang Putin dan Zelenskyy untuk berunding di dalam satu ruang untuk membuat kesepakatan.
Rakyat Amerika saat ini sudah mulai dapat melihat bahwa kebijakan Joe Biden dalam perang Rusia dan Ukriana keliru dan banyak merugikan kepentingan Amerika termasuk dampak lonjakan harga bahan bakar dan pangan yang melejitkan angka inflasi di Smerika.