Di era awal mobile phone tidak ada yang dapat menyanggah bahwa Nokia merupakan raja yang menguasai bisnis teknologi komunikasi dan penguasa pangsa pasar bisnis ini. Ketika itu memakai produk Nokia merupakan gengsi dan kebanggaan tersendiri bagi penggunanya.
Era keemasan Nokia itu terasa sangat singkat, karena pesaing bisnis teknologi mulai bermunculan dangan fitur yang lebih menarik dan membumi serta yang terpenting harganya semakin terjangkau. Pesaing utama yang berperan dalam meredupnya Nokia ini adalah pesaing bisnis teknologi komunikasi dari Asia utamanya Jepang, Korea Selatan dan juga Tiongkok.
Pergeseran selera dan cepatnya perkembangan teknologipun tampaknya membuat Jepang juga mulai tersingkir dari bisnis ini oleh produk Korea dan Tiongkok yang dari segi teknologi bersaing dengan harga yang lebih murah.
Minggu ini masa keemasan Nokia memang tampaknya sudah usai karena perusahaan ini harus melakukan PHK masal yang jumlahnya mencapai 14 ribu pekerja untuk menekan ongkos produksi. Target Nokia adalah mengurangi pengeluaran biaya pekerja sebesar 800 juta Euro di tahun 2026.
Pemutusan hubungan kerja ini memang dapat difahami karena penjualan produk Nokia menurun tajam hingga 20% di periode Juli sampai dengan September 2023. Nokia bukan kali ini saja melakukan PHK besar besaran karena di tahun 2015 lalu telah melakukan hal yang sama. Ke depan jumlah pekerja Nokia yang kini mencapai 86 ribu ini sudah dapat dipastikan akan menciut dengan cepat. Faktor eksternal yang juga berpengaruh pada meredupnya Nokia ini adalah daya beli yang menurun akibat inflasi dan pengetatan belanja dan kurang suksesnya produk Nokia 5G di pasaran Amerika Utara.
Perubahan teknologi yang sangat cepat seperti munculnya Cloud Computing dan AI memaksa Nokia untuk memasuki era ini walaupun dipekirakan akan mendapat saingan yang berat dari perusahan teknologi lainnya.
Kini Nokia sedang menghadai era ketidakpastian bisnis teknologi akibat terlambatnya menghasilkan teknologi terkini yang dibutuhkan oleh pasar. Jika di era awal Nokia menjadi trendsetter dalam hal produk komunikasi ini, kini Nokia mulai terseok seok mengimbangi laju produk teknologi dari saingannya. Kalaupun Nokia dapat mengejar teknologi ini, sudah dapat dipastikan tidak akan dapat bersaing karena harga produknya akan lebih mahal jika dibandingkan dengan pesaingnya dari Korea dan Tiongkok.
Jika dulu Nokia memegang tahta sebagai perusahaan teknologi terbesar di dunia, kini Nokia terseok seok akibat gagal mengantiipasi tren teknologi layar sentuh yang dikembangkan pesaing utamanya iPhone dan Samsung.
Nokia kini berjuang untuk mengatasi kegagalan ini dengan mengalihkan bisnis utamanya ke alat telekominikasi lainnya dan infrastruktur cloud.