Mungkin generasi sekarang tidak banyak yang mengenal Imam Abdullah ibnu Qadi Abdus Salaam yang lebih dikenal sebagai Tuan Guru asal pulau Tidore yang dibuang dan diasingkan oleh penjajah kolonial Belanda tahun 1790 lalu yang dianggap membahayakan keberadaan Belanda karena begabung bersama perjuang lainnya melawan penjajah.
Salah satu keistemewaan Tuan Guru adalah pengetahuan tentang agama Islam dan hafal Quran yang kelak di tempat pengasingannya di Afrika Selatan tepatnya di Cape Town menebarkan benih Islam, semangat perjuangan dan kesetaraan yang kelak akan tubuh subur menyebar di Afrika.
Karya Tak Ternilai
Karya Tuan Guru yang kini menjadi warisan yang sangat berharga bagi masyarakat muslim Afrika Selatan khususnya adalah quran lengkap tulisan tangan Tuan Guru yang disimpan di sebuah masjid Auwal di Cape Town.
Quran tulisan Tuan guru yang berusia ratusan tahun ini di tahun 1980 an ditemukan secara tidak sengaja ketika melakukan renovasi masjid Auwal yang merupakan salah satu masjid tertua di Afrika Selatan. Pada saat renovasi inilah di loteng masjid yang lebih dari 100 tahun tidak ada yang menyentuh ditemukan Quran lengkap tanpa dijilid tulisan tangan Tuan Guru yang dibungkus dalam kantong kertas dalam kondisi yang sangat baik.
Quran tulisan tangan ini bukanlah satu satunya yang ditemukan di loteng mesjid namun ditemukan juga peti yang bertuliskan "Karya Tuan Guru" yang berisi karya Tuan Guru lainnya yang juga tidak ternilai. Quran karya Tuan Guru yang ditulis dalam kombinasi tinta hitam dan merah dengan menggunakan pena terbuat dari bambu kini menjadi salah satu warisan yang sangat berharga bagi komunitas muslim di Afrika Selatan.
Jejak karya dan warisan Tuan Guru tidak hanya berupa Quran tulisan tangan ini saja, namun juga menurut ahli sejarah Tuan Guru juga mendirikan masjid Auwal di tahun 1794 yang tercatat sebagai masjid pertama yang didirikan di Cape Town.
Perjuangan Tuan Guru
Menurut catatan sejarah Tuan Guru pernah dua kali ditahan di Pulau Roben ini yaitu di era tahun 1780 hingga 1781 ketika beliau berusia 69 tahun dan yang kedua di tahun 1786-1791.
Para peneliti menduga bahwa Tuan Guru mulai menulis Quran dengan mengandalkan ingatannya ketika dirinya ditahan di Pulau Roben tempat pengasingan tahananan politik yang juga pernah menjadi tempat tahanan Nelson Mandela. Hal yang paling menakjubkan adalah diperkirakan Quran tulisan tangan ini ditulis oleh Tuan Guru ketika beliau berusia 80-90 tahuan
Upaya Belanda untuk membungkam aktivitas politik Tuan Guru mungkin saja berhasil membelunggu fisik Tuan Guru, namun pemerintah kolonial Belanda tidak menyadari bahwa di tempat pengasingannya Tuan Guru berhasil menebarkan dan menumbuhkan benih perjuangan baru yaitu melalui penyebaran agama islam bagi kaum budak dan tahanan.