Lihat ke Halaman Asli

Ronny Rachman Noor

TERVERIFIKASI

Geneticist

Warisan Kolonialisme Perancis Tuai Badai Pergolakan di Afrika

Diperbarui: 21 Agustus 2023   16:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketidak stabilan politik dan ekonomi membuat masyarakat di wilayah Sahel merupakan yang termiskin di dunia. Photo: www.aa.com.tr

Kudeta militer yang baru saja terjadi di Nigeria yang menggulingkan pemerintahan sipil merupakan salah satu contoh warisan kolonialisme Perancis yang menebar benih perpecahan dan kemiskinan di wilayah Sahel Afrika.

Wilayah Sahel di Afrika ini memang telah berubah menjadi sumber pergolakan, kekeraran dan konflik bersenjata yang menimbulkan ketidak stabilan dan juga menjadi tumbuhnya benih terorisme internsional seperti kelompok Boko Haram dan ISIS.

Jadi tidak heran jika hasil studi Institut Ekonomi dan Perdamaian yang berbasis di Australia, menunjukkan bahwa wilayah ini menyumbang sebesar 43% angka kematian di dunia akibat aktivitas terorisme.

Wilayah Sahel terdiri dari 10 negera. Photo: www.prb.org 

Kini wilayah Sahel di Afrika ini telah menjadi kumpulan negara termiskin di dunia sekaligus wilayah yang paling labil secara politik dan ekonomi. Tidak hanya sampai disitu saja wilayah ini merupakan sarang korupsi yang terparah di dunia, kemiskinan ekstrim dan pengangguran masal.

Katimpangan sosial dan konflik politik di wilayah ini tidak lepas dari warisan kolonialisme Perancis dan negara Barat yang memicu ketidakadilan yang telah berlangsung sangat lama, oleh sebab itu tidak heran walaupun negara barat berusaha menjaga stabilitas di wilayah ini tetap saja situasinya semakin memburuk dan akhirnya memicu kudeta.

Tidak banyak yang menyadari bahwa sentimen anti Perancis yang terjadi di wilayah ini berperan besar dalam pergolakan di wilayah ini dan membuka pintu bagi militer untuk berkuasa.

Di masa kolonialisme Perancis, rakyat di negara jajahan sudah akrab dengan tindakan brutal, kerja paksa, penindasan, penghapusan budaya serta segregasi yang membuat masyakat di wilayah ini menderita lintas generasi.

Dalam situasi kebathinan seperti ini tidak heran jika gerakan anti Perancis memang tumbuh subur dan para pemberontak memanfaatkan situasi ini untuk memunculkan kelompoknya sebagai pahlawan anti Perancis sekaligus melawan pemerintah boneka yang disponsori oleh Perancis.

Jadi sangat bisa dipahami jika pemerintahan militer disambut hangat di Mali, Burkina Faso, Chad dan Nigeria karena dianggap lebih menjanjikan dibandingkan dengan pemerintahan boneka yang dibentuk oleh Perancis.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline