Salah satu keluhan Engkong Felix, menulis di Kompasiana ini adalah penuh dengan suka duka. Dukanya kalau tulisan sudah dibuat sangat serius dan menghabiskan banyak waktu tapi ternyata yang baca hanya segelintir saja. Hal yang sama pernah dikeluhkan oleh Kompasianer paling senior Pak Tjip.
Jika diperhatikan dengan seksama apa yang disampaikan Engkong Felix ini ada benarnya juga. Coba saja lihat data statistik kompasianer pemula yang jumlah view rata rata per tulisan hanya sekitar 50 dalam sehari tayang.
Jumlah view artikel yang ditulis kompasianer centrang biru rata rata lebih tinggi karena mungkin kualitas artikelnya bisa saja lebih baik atau karena bantuan admin yang secara otomatis memasukkan artikel kompasianer bercentrang biru ke kelompok artikel pilihan sehingga memiliki jam tayang di halaman depan Kompasiana lebih lama, atau karena keduanya. Disamping itu tentunya ada faktor lain yaitu jumlah artikel per hari di Kompasiana banyak sekali, jadi lama tayangnya semakin singkat dan dalam sekejab atikel akan tergeser oleh artikel yang baru.
Apa yang saya diskusikan adalah jumlah view alami yang umumnya yang terjadi pada artikel yang ditulis di Kompasiana bukan kasus pencilan yang pernah terjadi dimana ada kompasianer yang jumlah view nya sangat aduhai padahal jumlah vote nya di kompasiana sangat minim.
Saya juga tidak membicarakan kekuatan ghoib yang dengan matera sim salabim meningkatkan jumlah pembaca secara spektakuler, karena dalam ilmu statistik fenomena ini dikategorikan sebagai data pencilan dan harus dikeluarkan dalam pengolahan data jika kita ingin mendapatkan gambaran yang sebenarnya terkait rata rata jumlah view artikel di Kompasina.
Saya kurang faham apakah penurunan jumlah view ini terjadi pergantian sistem bagaimana cara menghitung jumlah view nya, namun yang jelas jumlah view artikel di Kompasiana dewasa ini jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah pembaca di era sekitar 5-8 tahun yang lalu.
Salah satu sisi positif yang diangkat oleh beberapa kompasiener adalah kesetiaan kompasianer untuk tetap bertahan di Kompasiana. Artinya ada semacam militansi Kompasianer yang tumbuh dan dibesarkan di kompasiana yang secara alami membuat kompasiner ini tetap bertahan dalam situasi apapun. Bahkan ketika Pak Tjip dan Bu Ros diberitakan secara "tidak bertanggung jawab" meninggalkan kompasiana pun oleh Engkong Felix, tetap saja kedua pasangan legendaris ini senyum saja dan tetap muncul berkarya di Kompasiana.
Kalau saya amati ada juga kompasianer lama yang sudah lama tidak muncul sekalipun, tetap saja suatu saat muncul kembali tulisannya. Kesetiaan kompasianer ini memang menjadi ciri khas yang mewarnai kompasiana.
Di tengah diskusi jumlah view ini ada hal yang sangat menarik yaitu munculnya fenomena big bang yang dapat saja dialami oleh kompasiner manapun yang secara tiba tiba karena waktu, topik dan gaya tulisannya yang pas meledakkan jumlah view nya.
Fenomena big bang di Kompasiana merupakan fenomena yang sangat menarik untuk ditelisik lebih lanjut untuk menganalisa dan menjelaskan mengama dalam sesaat penulisnya dapat menjadi penulis yang jumlah pembaca artikelnya meledak. Dalam mendisusikan fenomena Big Bang ini saya akan mengambil tiga sampel kompasianer yang mengalami fenomena ini yaitu Engkong Felix, Om Jay dan Pak Rudy (Catatan: hanya sebagai pembanding kasus dan tentunya masih ada lagi kompasianer yang lebih spektakuler jumlah view nya)