Ketika PM Malaysia PM Muhyiddin Yassin memutuskan untuk memajukan pemilu tentunya dirinya, partai dan pendukungkungnya sudah menghitung adanya peluang untuk menang sehingga hasil pemilu akan memperkuat poisisinya dan juga legitimasi pemerintahannya.
Namun hasil perhitungan sementara pemilu yang baru usai ternyata tidak sesuai dengan harapan karena tidak ada satupun kekuatan politik yang mendapatkan mayoritas kursi di parlemen.
Dalam situasi seperti inilah diperkirakan Malaysia akan menghadapi ketidakpastian politik dan pemerintahan yang tentunya akan memperpanjang gonjang ganjing politik yang melanda Malaysia.
Dalam pemilu kali ini tercatat sekitar 70 persen dari 21,1 juta pemilih Malaysia yang memenuhi syarat telah memberikan suaranya. Tingkat partisipasi pemilu kali ini memang tidaklah sebesar pada pemilu sebelumnya yang mencapai 82%.
Dalam pemilu kali ini koalisi partai yang dipimpin oleh Muhyiddin Yassin hanya memperoleh 73 kursi saja, sedangkan saingan beratnya Anwar Ibrahim berhasil mengalahkannya dengan perolehan 82 kursi.
Namun kedua kekuatan politik utama Malaysia ini gagal mendapatkan mayoritas kursi di parlemen yang berjumlah total 225 kursi.
Dalam situasi ini Malaysia akan menghadapi situasi yang dinamakan hung parliament, dimana pememang harus menggalang koalisi dengan partai lainnya untuk membentuk pemerintahan.
Hasil pemlilu yang baru saja usai ini juga menunjukkan partai UMNO yang telah berkuasa bergenerasi generasi ternyata tumbang dengan kekalahan yang sangat telak.
Koalisi Barisan Nasional pimpinan Perdana Menteri Ismail Sabri Yaakob yang utamanya dimotori oleh partainya Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) mengalami kekecewaan besar, hanya memenangkan 30 kursi.
Keterpurukan UMNO ini tidak lepas dari mega skandal korupsi yang melibatkan petinggi UMNO yang membuat rakyat Malaysia memutuskan untuk tidak lagi mendukung partai yang selama ini bercokol sangat kuat di perpolitikan Malaysia.