Tidak dapat dipungkiri meninggalnya Ratu Elizabeth II menimbulkan simpati dunia dan membangkikan kenangan manis.
Foto Ratu Elizabeth II yang menggambarkan sosok keibuan dan senyum manisnya yang menghiasi bibir kini terpampang di berbagai pemberitaan yang mencerminkan betapa Ratu Elizabeth II tidak hanya dicintai oleh rakyat Inggris namun juga dunia.
Namun jika dilihat dari rekam jejak monraki Inggris di masa kolonial maka sosok Ratu Elizabeth II ini sangat bertolak belakang dengan rekam jejak sejarah kelam yang banyak menimbulkan kerugian, penderitaan dan kesengsaraan bagi banyak orang yang tidak pernah terlupakan.
Masa Kelam Monarki Inggris
Sejarah panjang masa lalu monorki Inggris yang tidak manusiawi yang disertai dengan kekerasan, rasisme, pebudakan dan penjarahan sumberdaya alam di sebagian besar negara koloni Inggris yang umumnya bukan berkulit putih merupakan sejarah kelam yang tidak dapat dihapus dengan gemerlapnya Ratu Elizabeth II ataupun penggantinya Raja Charles III.
Raja Charles III (baca pangeran Charles) memang pernah penyampaikan "Pengakuannya" atas sejarah kelam monarki Inggris di acara pertemuan kepala negara persemakmuran di Kigali pada awal tahun ini. Namun ungkapan ini hanya sekedar pengakuan dan pembenaran masa lalu saja bukan sebagai bentuk "penyesalan".
Masa kelam yang panjang terkait sepak terjang monarki Inggris ini memang tidak dapat dilepaskan dengan Ratu Elizabeth II karena merupakan bagian dari sejarah dan tercatat sebagai ratu yang paling lama berkuasa di dunia yang menimbulkan kerugian dan penderitaan yang tidak pernah terlupakan.
Kebrutalan monarki Inggris melakukan penaklukan dan penghancuran budaya dan cara hidup masyarakat lokal di sejumlah negara yang didudukinya sangat jelas terlulis dalam sejarah.
Praktek perbudakan dan pengerukan kekayaan alam untuk memperkaya kerajaan Inggris merupakan kenyataan pahit yang harus diakui oleh keluarga kerajaan Inggris.
Sebagai gambaran pada tahun 1920, wilayah Kerajaan Inggris mencakup 24% dari daratan bumi. Para sejarawan mengatakan sangat ironis jika kerajaan Inggris yang telah melakukan kekerasan secara sistemis menyatakan dirinya sebagai orang baik.